Jakarta (ANTARA) - Mitsubishi Motors Corp di Jepang pada Senin (27/7), mengatakan bahwa mereka merasakan langsung dampak virus corona yang berimbas pada penurunan permintaan dan kerugian operasional.

Produsen mobil itu harus bersiap diri untuk kerugian 1,33 miliar dolar AS pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2021. Mereka akan mengambil langkah efisiensi dengan merampingkan jumlah tenaga kerja dan produksi demi menghemat biaya 20 persen.

Reuters mewartakan bahwa masalah itu akan menjadi kerugian terbesar Mitsubishi sejak 2002.

"Untuk membuka jalan menuju pemulihan, prioritas utama semua eksekutif adalah berbagi rasa krisis dengan karyawan dengan pengurangan biaya," kata Chief Executive Mitsubishi, Takeo Kato, Selasa.

Baca juga: Mitsubishi Motors Jepang akan tutup pabrik Gifu di Jepang tengah

Baca juga: Mitsubishi Pajero Sport Elite Edition hadir di Bangkok Motor Show 2020


Pandemi COVID-19 mengganggu penjualan Mitsubishi di China dan Asia Tenggara yang menjadi salah satu pasar andalan mereka.

Sebagai bagian dari rencana restrukturisasi, Mitsubishi akan berhenti membuat model SUV crossover Pajero pada tahun depan, serta menutup pabrik di Jepang yang membuat kendaraan tersebut.

Pembuat Outlander itu mengatakan akan mengurangi kehadirannya di pasar otomotif Eropa dan Amerika Utara, namun akan semakin fokus pada pertumbuhan di Asia.

Rencana restrukturisasi itu dirancang demi mengangkat laba operasional perusahaan menjadi 50 miliar yen pada 2022/23 dan meningkatkan margin operasi menjadi 2,3 persen dari -9,5 persen saat ini.

Baca juga: Mitsubishi uji coba perdana Crossover MPV Reli Xpander AP4

Baca juga: MMKSI terapkan standar baru operasional diler

Baca juga: Kupas fitur keamanan Mitsubishi Eclipse Cross
Pewarta:
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020