Jakarta (ANTARA) -
Jaguar Land Rover (JLR) akan mendapatkan pinjaman yang disponsori negara Inggris sebesar 670 juta dollar AS (Rp9,6 triliun) untuk beralih ke pengembangan dan pembuatan kendaraan listrik.
 
Dikutip Hindustan Times, Selasa, ini adalah pinjaman lima tahun yang bermaksud untuk mendorong penelitian dan pengembangan pembuat mobil serta membantu dalam ekspor mobil bertenaga baterai sebagai bagian dari program Jaminan Pengembangan Ekspor Inggris, kata UK Export Finance.

Baca juga: Jaguar dan Baracuta kolaborasi dandani E-Pace
 
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson ingin mendirikan industri pembuatan baterai lokal karena Inggris akan melarang penjualan kendaraan bermesin pembakaran internal pada tahun 2030.
 
Jaguar Land Rover sebelumnya menyatakan bahwa Jaguar akan berhenti memproduksi kendaraan berbahan bakar konvensional pada tahun 2025. Land Rover akan memperkenalkan model full-electric pertamanya pada tahun 2024.
 
JLR juga mengambil langkah tambahan untuk menjadikan dirinya merek yang lebih berkelanjutan selain dari perencanaan elektrifikasi.
 
Tahun lalu, pembuat mobil memimpin penggunaan teknologi blockchain dalam rantai pasokan digitalnya untuk kulit guna memastikan transparansi dan keberlanjutan penuh. Inisiatif ini, juga yang pertama, merupakan bagian dari komitmen merek untuk mengurangi dampak lingkungan dan etika dari produknya di seluruh siklus hidup mereka.
 
Perusahaan telah menyatakan rencananya untuk mencapai emisi karbon nol bersih di seluruh rantai pasokan, produk, dan operasinya pada tahun 2039.

Baca juga: JLM Auto buka diler resmi dan service center pertama Jaguar Land Rover
 
Pembuat mobil juga melaporkan hasil penjualan kuartal ketiga baru-baru ini.
 
Terdapat penurunan penjualan ritel sebesar 37,6 persen dibandingkan dengan angka di tahun sebelumnya. Namun, volume produksi merek meningkat sebesar 41 persen secara berurutan.
 
Perusahaan induk JLR Tata Motors telah menyatakan kekurangan semikonduktor yang sedang berlangsung dan kenaikan harga komoditas sebagai faktor di balik kerugian.
 
“Kekurangan semikonduktor diperkirakan akan berlanjut hingga 2022 tetapi diperkirakan akan meningkat secara bertahap karena kapasitas dalam basis pasokan meningkat,” tambah perusahaan.
 
Pewarta:
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022