Jakarta (ANTARA) - BMW (Bayerische Motoren Werke), VW (Volkswagen), dan JLR (Jaguar Land Rover) ditemukan terkait dengan program kerja paksa di Tiongkok.

Penyelidikan kongres menemukan bahwa semua produsen mobil tersebut menggunakan suku cadang buatan Tiongkok dari pemasok yang termasuk dalam daftar terlarang pemerintah Amerika Serikat (AS).

Laman Carscoops, Selasa, melaporkan, ketiga perusahaan tersebut semuanya menjual mobil di AS yang menggunakan komponen komunikasi trafo LAN yang diproduksi oleh Sichuan Jingweida Technology Group, yang juga disebut JWD, sebuah perusahaan yang diklaim telah menggunakan tenaga kerja paksa dalam proses produksinya.

Baca juga: BMW berencana tambah investasi di China

Meskipun tidak ada produsen mobil yang membeli suku cadang secara langsung dari JWD, alih-alih membelinya melalui perusahaan Barat, Lear Corp (yang mengklaim bahwa mereka membelinya dari perantara), dua dari merek tersebut tetap menggunakan suku cadang tersebut bahkan setelah diberitahu secara tertulis bahwa rantai pasokan mereka mengandung produk terlarang.

Sementara VW merespons dengan membuat perubahan pada rantai pasokannya, dan juga memberi tahu petugas bea cukai bahwa mobil yang terkena dampak sedang dalam perjalanan, dan memilih untuk mengganti komponen yang terkena dampak di pelabuhan AS.

BMW tampaknya kurang tertarik untuk mengambil tindakan, demikian temuan komite. Dikatakan bahwa BMW mengabaikan peringatan tersebut dan terus menggunakan suku cadang yang dilarang, mengimpor 8.000 Mini yang dilengkapi dengan komponen selundupan setelah pengungkapan tersebut.

Baca juga: BMW tambah investasi 20 miliar yuan di basis produksi China timur laut

JWD berbasis di Xinjiang, ujung barat Tiongkok, wilayah yang dikenal dengan praktik kerja paksa.

Undang-Undang Pencegahan Kerja Paksa Uighur mencegah barang-barang yang dibuat di Xinjiang diimpor ke AS kecuali jika importir dapat menunjukkan bahwa kerja paksa tidak digunakan selama produksi.

Laporan investigasi kongres mencatat bahwa banyak produsen mobil terus menggunakan suku cadang yang diproduksi di Tiongkok dan mengandalkan “kuesioner, pelaporan mandiri, dan audit terbatas” terhadap pemasok untuk memutuskan apakah barang mereka sesuai dengan hukum AS.

Baca juga: VW gaet Xpeng untuk bangun platform EV terjangkau tahun 2026

Laporan tersebut memperingatkan bahwa metode ini tidak dapat dipercaya untuk memberikan jawaban yang benar, terutama karena mungkin ada belasan tingkatan pemasok antara produsen mobil dan komponen.

Investigasi tersebut juga melaporkan bahwa VW memiliki lokasi produksi sendiri di Xingjiang, dan mengatakan bahwa meskipun produsen mobil tersebut mengklaim bahwa audit di lokasi tersebut yang dilakukan oleh dua pengacara yang berbasis di Shenzhen tidak menemukan bukti adanya kerja paksa, mereka tidak pernah memberikan salinan audit tersebut.

Baca juga: VW mulai produksi Cupra Tavascan di China untuk dikirim ke pasar Eropa

“Produsen mobil menempelkan kepala mereka di pasir dan kemudian bersumpah bahwa mereka tidak dapat menemukan kerja paksa dalam rantai pasokan mereka,” ujar Ketua Komite Keuangan Senat dari Oregon, Ron Wyden.

Dia menambahkan bahwa staf pengawas Komite Keuangan menemukan apa yang tampaknya tidak dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan bernilai miliaran dolar, bahwa BMW mengimpor mobil, Jaguar Land Rover mengimpor suku cadang, dan VW AG memproduksi mobil yang semuanya memiliki komponen yang dibuat oleh pemasok yang dilarang karena menggunakan tenaga kerja paksa dari Uighur.

Baca juga: Jaguar Land Rover akan hentikan 2.000 pekerja mereka secara global

Pewarta:
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024