Jakarta (ANTARA) - Kepala eksekutif produsen mobil Stellantis, Carlos Tavares, telah mengundurkan diri, perusahaan mengatakan pada hari Minggu (1/12), dikutip New York Times, di tengah penurunan laba dan merosotnya penjualan di wilayah utama Amerika Utara.

Tavares, 66 tahun, memelopori pembentukan perusahaan dalam merger Fiat Chrysler Automobiles dan Peugeot dari Prancis pada tahun 2021.

Perusahaan ini merupakan salah satu produsen mobil terbesar di dunia dan memproduksi kendaraan dengan berbagai merek, termasuk Chrysler, Jeep, Ram, Dodge, Fiat, Peugeot, Opel, dan Maserati.

“Keberhasilan Stellantis sejak didirikan telah berakar pada keselarasan yang sempurna antara para pemegang saham referensi, dewan direksi dan CEO,” ujar Direktur Independen Senior perusahaan, Henri de Castries, dalam sebuah pernyataan.

“Namun, dalam beberapa minggu terakhir muncul pandangan yang berbeda yang mengakibatkan dewan dan CEO mengambil keputusan hari ini.” ia menambahkan.

Baca juga: CEO Stellantis ingatkan potensi banyak pabrik mobil tutup

Tavares telah mengumumkan tahun ini bahwa ia berencana untuk pensiun pada akhir kontraknya saat ini, yaitu pada tahun 2026.

Perusahaan juga mengatakan bahwa pencarian penggantinya oleh komite dewan khusus “sedang berlangsung dengan baik.”

Ia menambahkan bahwa komite eksekutif baru, yang dikepalai oleh John Elkann, ketua dewan Stellantis, akan menjalankan perusahaan sampai pengganti permanen untuk Tavares ditunjuk.

Elkann adalah cucu dari Gianni Agnelli, industrialis Italia yang mendirikan Fiat. Elkann bekerja sama dengan Sergio Marchionne, yang merekayasa pengambilalihan Fiat atas Chrysler pada tahun 2009, yang sedang mengalami kebangkrutan.

Fiat Chrysler menjadi menguntungkan dan berkembang di bawah kepemimpinan Marchionne, yang meninggal secara tak terduga pada tahun 2018.

Baca juga: CEO Stellantis sesumbar mampu saingi Tesla

Namun, pada tahun 2020, baik Fiat Chrysler dan Peugeot berjuang untuk mengimbangi produsen mobil lain yang menginvestasikan puluhan miliar dolar untuk mengembangkan dan memproduksi kendaraan listrik, dan penggabungan antara kedua perusahaan pun dilakukan. Perusahaan gabungan ini berganti nama menjadi Stellantis pada tahun 2021.

Di bawah kepemimpinan Tavares, Stellantis berkembang pesat setelah merger trans-Atlantik, dan melaporkan rekor laba sebesar 18,6 miliar euro atau sekitar Ro310,7 triliun pada tahun 2023.

Dia juga menguraikan rencana untuk mengembangkan kendaraan listrik, meskipun Stellantis bergerak lebih lambat daripada saingannya di Detroit, General Motors dan Ford Motor.

Bonus yang berasal dari hasil tahun 2023 membantu menjadikan Tavares sebagai salah satu eksekutif dengan bayaran tertinggi di industri otomotif.

Baca juga: Stellantis tarik 21.000 unit PHEV di AS karena pedal rem bermasalah

Namun, keuntungan perusahaan turun tahun ini, karena penjualan di Amerika Serikat (AS) turun secara signifikan.

Perusahaan ini lambat dalam menyamai penurunan harga dan insentif penjualan dari para pesaingnya, dan persediaan di diler meningkat.

Sebagai tanggapan, Stellantis telah memberhentikan pekerja, memangkas produksi, dan menganggurkan pabrik di Illinois, AS, yang telah direncanakan untuk dihidupkan kembali.

Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, penjualan Stellantis di AS turun 17 persen. Pada bulan September, sekelompok diler mengirimkan surat terbuka kepada Tavares, menyalahkannya atas keputusan yang bertujuan untuk meningkatkan laba pada tahun 2023 yang menurut mereka telah membuat perusahaan berada dalam kondisi bermasalah.

“Pengambilan keputusan jangka pendek yang sembrono untuk mengamankan rekor laba pada tahun 2023 telah menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan, namun dapat diprediksi sepenuhnya, di pasar AS.” bunyi surat tersebut.

Baca juga: Aset bos Stellantis & Ferrari disita atas penyelidikan penipuan pajak

Segera setelah itu, Stellantis mengeluarkan peringatan laba, mengatakan bahwa biaya untuk memperbaiki operasinya di AS akan mengurangi laba perusahaan.

Transisi ke kendaraan listrik telah menghadirkan tantangan bagi banyak produsen mobil. Sementara G.M., Toyota dan Tesla terus membukukan keuntungan besar, Ford dan Volkswagen telah berjuang untuk menghasilkan uang dari kendaraan listrik.

Perusahaan rintisan kendaraan listrik, Rivian, mengalami kesulitan untuk meningkatkan penjualan lebih dari 50 ribu kendaraan per tahun.

Volkswagen baru-baru ini mengatakan bahwa mereka dapat menutup sebanyak tiga pabrik, termasuk pabrik di Jerman, sebuah langkah yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh perusahaan.

Baca juga: Stellantis pertahankan Maserati dari grupnya meski penjualan anjlok

Tavares lahir dan dididik di Portugal, dan bergabung dengan Renault pada awal usia 20-an. Dia naik pangkat dan menjadi letnan dekat Carlos Ghosn, yang merupakan kepala eksekutif Renault dan Nissan.

Tavares bekerja di produsen mobil Jepang, Nissan, selama beberapa tahun ketika perusahaan tersebut dikendalikan oleh Renault.

Dia meninggalkan Renault di tengah-tengah perselisihan dengan Ghosn pada tahun 2013, dan dipekerjakan sebagai kepala eksekutif Peugeot setahun kemudian.

Bulan lalu, Tavares mengumumkan desain baru untuk truk pikap besar dan kendaraan sport, termasuk model listrik, dan mengatakan bahwa Stellantis berada di jalur yang tepat untuk mengurangi emisi karbon dari kendaraan dan pabriknya pada tahun 2038.

“Ini adalah komitmen kami terhadap inovasi tanpa kompromi karena kami menghadirkan mobilitas yang bersih, aman dan terjangkau bagi semua orang,” katanya.

Baca juga: Stellantis recall 1,16 juta kendaraan akibat kamera mundur bermasalah
 

Pewarta:
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024