Jakarta (ANTARA News) - Pabrikan otomotif Korea Selatan, Hyundai Motor, akan membuka diler jenama perdana mereka di China dan berencana melokalisasi perakitan submerek premium mereka, Genesis, sembari mempercepat rencana peluncuran SUV mereka.

Langkah-langkah tersebut dilakukan untuk merombak citra mereka di China, setelah dilanda sentimen anti-Korea di pasar terbesar mereka tersebut dan belakangan digoyahkan oleh pabrikan lokal.

Pada September 2017, Hyundai akan membuka diler resmi yang menyediakan fasilitas pengalaman khusus merek di Distrik Art 798, Beijing, China, yang mengikuti fasilitas serupa di Seoul dan Moskow.

"Kami tidak memajang unit mobil secara fisik. Fasilitas ini khusus untuk membangun citra jenama," kata orang yang bertanggung jawab terhadap proyek tersebut di Hyundai, Xu Jing, demikian dilansir Reuters.

Sementara itu, rencana perakitan lokal Genesis di China akan mengurangi ongkos tarif pajak impor menjadi 10 persen serta mengantisipasi agar teknologi mereka tidak bocor kepada rekanan lokal mereka.

Beberapa waktu lalu, Hyundai dan Kia Motors, berada di urutan ketiga di antara jenama otomotif asing di China, namun belakangan penjualan mereka melambat lantaran konsumen menghindari jenama tersebut akibat kebijakan pemerintah Korsel menempatkan sistem pertahanan antirudal milik AS yang ditolak oleh Beijing.

Cekcok diplomatik Korsel-China tersebut diyakini pengamat akan menimbulkan masalah bagi Hyundai dan Kia di China, di antaranya berupa sentimen merek yang buruk dan kesulitan bersaing dengan SUV lokal yang lebih murah.

"Hyundai memiliki citra merek yang identitasnya tak jelas di China dan ada dampak dari hubungan China-Korsel yang memburuk," kata Kepala Konsultan Asia-Pasifik Firma IHS Markit Automotive, James Chao, demikian dilansir Reuters.

"SUV baru yang akan diperkenalkan seharusnya membantu, namun sedikit terlambat," ujarnya menambahkan.

Pasalnya, bahkan sebelum cekcok rudal terjadi pangsa pasar Hyundai dan Kia di China turun di titik 8,1 persen tahun lalu, yang merupakan titik terendah dalam delapan tahun terakhir, dan kini kian melorot ke level 5 persen.

Penerjemah: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017