Surabaya (ANTARA) - Product Expert PT Hyundai Motors Indonesia (HMI) Bonar Pakpahan,memaparkan lebih dalam mengenai fitur regenerative braking (pengereman pengembalian) yang ada pada mobil listrik, seperti Hyundai IONIQ 5 dan 6.

Mobil listrik dapat dikatakan efisien bila jarak tempuhnya jauh dan bisa mengisi daya dengan cepat. Selain itu, mobil listrik masa kini juga sangat dinilai dari teknologi efisiensinya, seperti regenerative braking.

Bonar di Surabaya, Rabu (4/10) menjelaskan sistem regenerative braking dapat mengisi daya baterai dengan memanfaatkan energi kinetik yang dihasilkan dari deselerasi mobil, atau perlambatan dari kecepatan tinggi ke kecepatan rendah saat berkendara. Energi yang dihasilkan dari deselerasi akan mengisi daya baterai atau langsung digunakan saat diperlukan.

“Ini adalah sebuah proses energy recovery (pengembalian energi) dari sistem pengereman, di mana energi kinetik atau energi yang terjadi akibat adanya sebuah objek yang bergerak itu bisa dikembalikan, yang tadinya dilakukan begitu saja dalam proses pengereman, kini bisa diambil sebagian untuk diubah kembali menjadi energi listrik yang bisa disimpan ke dalam baterai,” kata Bonar menjelaskan.

Baca juga: Ini kelebihan IONIQ 5 versi Bluelink, ada fitur anti pencurian

Regenerative braking adalah teknik unik yang digunakan pada mobil listrik untuk menangkap energi yang dimiliki kendaraan akibat gerakannya atau dengan kata lain, energi kinetik yang akan terbuang saat kendaraan melambat atau terhenti saat melakukan pengereman.

Ketika regenerative braking bekerja, rasanya sama seperti melakukan pengereman pada mobil pembakaran internal konvensional. Namun, bila pada mobil pembakaran internal energi tersebut terbuang sia-sia dan seringkali menjadi panas, hal itu tidak terjadi di motor listrik.

Ketika melepas pedal gas di mobil listrik, motor listrik tidak memerlukan tenaga sama sekali. Motor listrik masih bergerak karena gerakan dari mobil dan putaran tersebut seakan menjadi sebuah dinamo listrik yang mengisi daya baterai.

Selain mengisi daya listrik ke baterai, regenerative braking juga membuat penggunaan rem lebih hemat karena lebih jarang digunakan. Fitur itu akan menanggung tugas pengereman konvensional (friction braking) dengan mudah.

Dengan kata lain, regenerative braking dapat membuat kendaraan melambat hingga berhenti secara otomatis bila pedal akselerasi dilepas, tanpa harus menginjak pedal rem.

“Mobil jenis apapun pasti menggunakan friction braking, dan ini akan mempengaruhi umur pakai dari kampas rem dan piringan rem itu sendiri. Jadi sejarah lama harus diganti, dengan tambahan fitur regenerative braking umur dari rem itu tadi bisa lebih awet,” kata Bonar.

Baca juga: Alasan IONIQ 5 versi sebelumnya tak bisa "upgrade" teknologi Bluelink

Baca juga: Mobil listrik pertama Xiaomi dilaporkan dapat dukungan Apple Car play

Baca juga: Toyota ungkap 70 persen pasar meminta mobil hybrid

Pewarta:
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023