Yokohama (ANTARA News) - Nissan Motor Co setuju untuk mengambil alih saham Mitsubishi Motors Corp sebesar 34 persen dengan nilai 2,2 miliar dolar AS menyusul skandal yang menimpa Mitsubishi.

Kesepakatan itu merupakan harapan bagi Mitsubishi Motors yang terperosok skandal ketiga dalam dua dekade terakhir. Namun kesepakatan ini juga harus menjadi dorongan untuk Nissan.

Nissan, pabrikan mobil nomor dua Jepang berjuang menciptakan terobosan di Asia terutama di luar Tiongkok, terutama di negara-negara seperti Thailand dan Filipina di mana Mitsubishi lebih populer.

Dalam kesepakatan yang terjadi hari ini, Kamis, kedua perusahaan mengatakan akan membantu Mitsubishi "mendapatkan kembali kepercayaan", Mitsubishi Motors akan menerbitkan saham baru untuk Nissan dengan diskon 5,3 persen pada penutupan hari Rabu

Artinya Mitsubishi memberikan Nissan sepertiga lebih dari grup tersebut atau cukup untuk memegang kendali di bawah aturan kepemilikan saham Jepang.

Nissan Chief Executive, Carlos Ghosn, mengatakan kedua pihak akan berbagi dan bersama-sama mengembangkan teknologi dan bisa mewujudkan "miliaran" sinergi dengan mengkoordinasikan pembelian, pemanfaatan pabrik dan bekerja sama dalam pertumbuhan pasar.

"Kami percaya ini akan menjadi solusi yang menguntungkan keduanya. Kami percaya dapat membantu, mendukung dan tumbuh bersama, lebih baik daripada jika Mitsubishi melakukan ini sendiri," kata Ghosn pada konferensi pers di Yokohama, dilansir dari Reuters, Kamis.

Ghosn mengatakan Nissan akan mencalonkan tiga wakilnya untuk menempati jajaran eksekutif Mitsubishi Motors.

Mitsubishi mengakui pada bulan lalu telah memanipulasi uji bahan bakar pada empat model, salah satunya mobil mini yang dijual di Jepang dan termasuk dua mobil yang akan dijual di bawah logo Nissan.

Skandal itu membuat Mitsubishi terpuruk dan kehilangan keuntungan karena investor cemas atas biaya kompensasi yang akan muncul dikemudian hari.

Ghosn mengaku telah "diyakinkan" oleh Osamu Masuko selaku 'Chief Executive Mitsubishi Motors terkait ukuran dan ruang lingkup efisiensi bahan bakar.

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016