"Kami terus mewaspadai dan menghitung dampaknya. Karena dengan kurs yang Rp11.000/dolar AS itu saja, belum semuanya harga kami bebankan ke pelanggan," kata Wakil Presiden Direktur TAM Suparno Djasmin pada wawancara khusus dengan Antaranews di Jakarta, pekan lalu.
Ia mengatakan, nilai tukar rupiah yang mencapai Rp11.800 per dolar AS belum lama ini, dianggap kurang baik dan mengkhawatirkan, ditambah dengan suku bunga yang relatif tinggi.
"Inflasi memang lebih rendah dibanding tahun lalu, tapi itu karena direm oleh suku bunga yang tinggi. Dengan bunga yang tinggi ini menyebabkan pergerakan ekonomi dan pengajuan kredit jadi agak lamban," kata Suparno.
Menurut dia, pertumbuhan pasar otomotif sejak Januari-April 2014 secara retail mencapai enam persen dan wholesale sembilan persen. Pertumbuhan pasar tersebut, ujarnya, didorong oleh penjualan Low Cost Green Car (LCGC).
"Artinya pertumbuhan ini sangat dipengaruhi oleh mobil yang kecil. Di mana dengan bunga yang tinggi, pengetatan uang muka (DP), pengetatan likuiditas ini menyebabkan sektor retail consumer agak turun," ujar Suparno.
Untuk itu, lanjutnya, Toyota berharap agar situasi tersebut tidak terjadi secara terus menerus. Bila hal itu berlangsung terus, pihaknya akan mempertimbangkan untuk menaikkan harga jual.
"Kalau terus menerus begitu, yang terjadi kami akan menaikkan harga. Karena suka tidak suka, tidak semua komponen (mobil) itu 100 persen lokal," katanya.
Ia mengakui sebagian besar mobil Toyota yang diproduksi di Indonesia memiliki komponen lokal yang tinggi, seperti pada Avanza yang mencapai 85 persen. Namun bahan baku komponen lokal itu pun, masih banyak yang impor.
"Nah, ini yang kami agak khawatir," ujarnya.
Namun, Suparno mengatakan sebelum menaikkan harga, Toyota akan menganalisa biaya produksi dan kemampuan pasar untuk menerima kenaikan harga tersebut.
"Kalau Toyota menaikkan harga, pasti mempertimbangkan biaya dan kemampuan pasar yang akan menerima. Kami mencoba banyak melakukan efisiensi, agar harga tidak dibebankan semua kepada konsumen," katanya.
Sementara itu, nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta, Senin pagi (16/6), stagnan di posisi Rp11.792 per dolar AS. Pekan lalu, rupiah bergerak di kisaran Rp11.800 per dolar.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014