Tokyo (ANTARA) - Toyota bersiap untuk menyaingi perusahaan otomotif asal Cina dan Korea Selatan dengan berencana merancang teknologi fitur-fitur canggih pada kendaraan mulai tahun depan.

Hal tersebut diungkapkan langsung oleh President & Executive Chief Engineer Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing Yoshinki Konishi, pada diskusi dengan sejumlah media Indonesia di Tokyo, Jepang, baru-baru ini.

“Kami kebut dengan teknologi intelegensi, dan mulai tahun depan, yang mana masih rahasia, kami akan meningkatkan hal-hal teknis di Indonesia,” kata dia.

Memang, kebandelan dan kualitas dari jejeran kendaraan Toyota tidak perlu diragukan lagi, ditambah sepak terjangnya di Indonesia yang telah mengakar sejak puluhan tahun lalu.

Baca juga: Target nol emisi, Toyota siapkan kendaraan elektrik seluruh segmen

Namun, tak dapat dipungkiri Toyota terbilang cukup lambat perihal fitur-fitur teknologi dan multimedia yang tersedia pada kokpit kendaraan. Tak seperti produk Cina dan Korea Selatan, utamanya pada mobil listrik (Baterry Electric Vehicle/BEV).

Warga Indonesia yang juga penggemar produk otomotif asal Jepang itu kini perlu berbahagia, pasalnya, isu itu telah disadari Toyota.

“Saat saya ke Jakarta, ada pelanggan yang juga punya BEV dan dia sangat tertarik dengan tawaran tak cuma dari elektriknya, tapi juga kokpitnya, interior seperti multimedia. Interiornya menurut sang pelanggan sangat bagus,” ujarnya.

“Saya kemudian menyadari, produk kami kurang atraktif di area kokpit. Butuh lebih banyak fitur dibanding produk China dan Korea,” Yoshinki menambahkan.

Selain mempersiapkan teknologi fitur canggih, Toyota juga berencana untuk melakukan komersialisasi teknologi baterai baru mereka yakni baterai solid-state dan baterai bipolar pada 2027-2028.

Yoshinki mengklaim, baterai tersebut dapat memotong durasi pengisian daya jauh lebih ringkas, yakni hanya dalam waktu kurang dari 10 menit baterai bisa penuh atau mencapai 100 persen.

“Dibandingkan dengan teknologi baterai sekarang, sangat jauh perbedaan peningkatannya. waktu pengisian lebih ringkas, dan jangkauan jarak tempuhnya juga lebih jauh,” jelas Yoshinki.

“Saya pikir baterai solid-state adalah game changer untuk masa depan. Tapi saat ini memang masih sangat mahal terkait biayanya,” tambahnya.Yoshinki mengatakan, pada awal pengenalannya, teknologi baterai tersebut tidak hanya tersedia untuk BEV, tapi juga PHEV dan HEV.

Lebih lanjut, Yoshinki mengatakan juga akan terus melakukan akselerasi strategi multi-pathway, dengan menyediakan berbagai pilihan teknologi ramah lingkungan yang bisa diberikan oleh masyarakat Indonesia. Mulai hybrid EV (HEV), plug-in hybrid EV (PHEV), battery electric vehicle (BEV), dan fuell cell electric vehicle.

Pendekatan strategi ini juga dilakukan untuk lebih menguatkan kendaraan yang lebih atraktif, dan menjamah lebih banyak konsumen kendaraan listrik, sehingga mencapai netralitas karbon di masa yang akan datang.

“Strategi multi-pathway memberikan banyak opsi kendaraan ramah lingkungan untuk mempercepat penggunaannya, sehingga semua orang dapat berkontribusi untuk karbon netral,” ujarnya.

Baca juga: Toyota prediksi mobil listrik dominasi 30 persen kendaraan di ASEAN

Baca juga: Mobil konsep Toyota di JMS, dari model sport hingga untuk luar angkasa

Baca juga: Toyota FT-3e bisa digunakan "off-road" dan akan masuk Indonesia

Pewarta:
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023