Jakarta (ANTARA) - Pabrikan sepeda motor listrik Sunra mengandalkan produk e-bike Sunra Q5 bermodel skuter automatik (skutik) yang trendi untuk mengoptimalkan pasar terutama dari kalangan konsumen muda di Indonesia.

Sunra Q5 dibekali baterai graphene 72V21Ah, yang memiliki ketahanan lebih lama, performa unggul, ringan dengan harga yang ekonomis. Sunra Q5 mampu menempuh jarak maksimal hingga 70km dengan maksimum kecepatan 58km/jam.

Dilengkapi dengan Motor 1200W yang lebih bertenaga dan ban ukuran 3.0-10inci untuk berkendara lebih aman, Q5 cocok digunakan untuk kalangan dengan mobilitas tinggi di perkotaan.

Baca juga: Mitigasi perubahan iklim, Pemprov DKI dorong konversi motor listrik

Chairman Sunra Group Zhang Chongshun mengatakan, Indonesia memiliki peran penting di Kawasan ASEAN untuk pasar motor listrik, ditambah dengan komitmen pemerintah terkait net zero emission (NZE) pada 2060, sehingga Sunra sangat optimistis dapat mengambil peluang di pasar Indonesia.

"Sunra berkomitmen memfasilitasi kebutuhan dan gaya hidup individu perkotaan yang memiliki mobilitas tinggi dengan cara yang efektif dan ramah lingkungan dan berharap dapat memberi kontribusi signifikan kepada cita-cita pemerintah,” jelas Zhang dalam siaran pers pada Rabu.
Sepeda motor listrik Sunra Q5 (ANTARA/HO-Sunra)


Baca juga: Investor asing berdatangan, AISMOLI: pasar motor listrik RI seksi

Selain Q5, Sunra sudah siap dengan berbagai model sepeda motor listrik antara lain Dream, Legend, Future, K5, K6, Q5, M3, QA 12.0, Hepburn, Moon dan Aurora dengan kekuatan baterai bervariasi, mulai dari 600W hingga 8000W.

Sebanyak 11 model sepeda motor listrik Sunra itu telah dipamerkan dalam gelaran ASIABIKE Jakarta di Jakarta International Convention and Exhibition Center yang dihadiri lebih dari 90 peserta dan dikunjungi Presiden Joko Widodo.

Menurut rencana, pabrik Sunra di Indonesia akan memproduksi sepeda motor listrik tipe Dream yang dirancang untuk menempuh jarak hingga 120 km, dengan kecepatan maksimum 120km/jam.

Baca juga: Resmi bangun pabrik di RI, Yadea bakal produksi 3 juta EV per tahun

Dukungan pemerintah

Menurut data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) penjualan kendaraan roda dua di Indonesia mencapai 6 juta lebih sepanjang tahun 2023, naik 19,44 persen dibandingkan 2022. Melihat tren itu, peralihan penggunaan motor konvensional ke e-bike dapat membantu mengurangi CO2.

Pemerintah pun telah mengambil berbagai langkah konkret untuk mempercepat perkembangan industri motor listrik. Di antaranya dengan menambah subsidi program konversi motor berbasis Bahan Bakar Minyak (BBM) ke motor listrik menjadi Rp10 juta yang dapat dimanfaatkan oleh individu, kelompok masyarakat maupun lembaga pada tahun 2024.

Sedangkan untuk pembelian sepeda motor listrik baru, besaran subsidi tetap sebesar Rp7 juta per unit. Peningkatan subsidi diharapkan dapat menaikkan jumlah pengguna dan sejalan dengan target penjualan motor listrik yang ditetapkan pemerintah melalui program subsidi sebanyak 50.000-unit pada 2024.

Baca juga: Pabrik motor listrik di lahan 27 hektare resmi dibangun di Karawang 

Dari segi biaya operasional, sepeda motor listrik patut menjadi pertimbangan untuk mobilitas sehari-hari. Sebagai contoh, sepeda motor listrik Q5 dengan baterai penuh berkapasitas 1.512 KWh dapat menempuh jarak 70km dengan kecepatan 40 km/jam.

Dengan demikian, biaya listrik yang dibutuhkan untuk berkendara 50km per hari selama 300 hari dalam setahun diperlukan Rp289.714 hingga Rp364.185 untuk tarif listrik per kWh mulai dari Rp1.352 sampai Rp1.699,5 tergantung besar daya listrik di rumah.

Biaya itu lebih murah jika dibandingkan sepeda motor konvensional yang rata-rata memakan biaya bahan bakar hingga Rp2,7 juta per tahun jika digunakan dengan asumsi jarak tempuh yang sama dengan sepeda motor listrik Q5.

Baca juga: Kemenperin: Akan ada pabrik motor listrik groundbreaking di Karawang
Pewarta:
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024