Jakarta (ANTARA) - BYD dan Chery dapat melakukan investasi pabrik yang signifikan di Turki karena produsen mobil China terus berekspansi ke seluruh dunia dan meningkatkan penjualan mereka di Eropa.
Menteri Perindustrian dan Teknologi Turki, Fatih Kacir, baru-baru ini mengonfirmasi bahwa pemerintah sedang berdiskusi tidak hanya dengan BYD dan Chery, tetapi juga dengan SAIC dan Great Wall.
“Kami ingin menyelesaikan pembicaraan ini sesegera mungkin. Kami telah menempuh perjalanan panjang dengan keduanya,” katanya dikutip Carscoops, Senin (20/5).
Baca juga: BYD jadi tenant terbesar pertama manufaktur EV di Subang Smartpolitan
Mendirikan pabrik di Turki bisa sangat menguntungkan bagi produsen mobil China karena Turki memiliki perjanjian serikat pabean dengan Uni Eropa.
Performa penjualan mobil listrik murni (Battery Electric Vehicle/BEV) di pasar Turki juga sangat baik, dan menyumbang 7,5 persen daripada semua penjualan mobil baru pada tahun 2023, angka itu diperkirakan melonjak kira-kira 30,4 persen pada tahun 2032.
Direktur pelaksana BYD Eropa, Michael Su, baru-baru ini mengatakan bahwa perusahaan tertarik untuk membangun pabrik kedua di Eropa yang akan mendukung pabrik yang saat ini sedang dibangun di Hongaria.
Baca juga: Hyundai Mobis mulai pembangunan pabrik baterai EV di Spanyol
Investasi Eropa tambahan dapat membantu perusahaan-perusahaan China menghindari potensi tarif yang dapat mereka terima setelah penyelidikan Uni Eropa terhadap subsidi negara yang dilaporkan telah mereka terima.
Selain itu, Turki akan memberlakukan bea masuk tambahan sebesar 40 persen untuk kendaraan listrik yang dibuat di China, dalam upaya untuk melindungi satu-satunya pembuat mobil listrik lokal, TOGG.
Kacir menambahkan bahwa jika produsen mobil China memutuskan untuk membuka pabrik mobil baru di Turki, hal itu akan membawa “peluang istimewa untuk investasi baterai juga”.
Baca juga: GM dan Samsung bicarakan kelanjutan pembangunan pabrik baterai EV
Pabrik perakitan BYD di Hongaria akan mampu memproduksi sekitar 200 ribu kendaraan per tahun.
Meskipun jumlah tersebut cukup banyak, namun tidak akan cukup jika perusahaan ingin memenuhi tujuannya untuk menjadi produsen mobil listrik terdepan di Eropa pada tahun 2030.
Lokasi di Turki bisa menjadi pilihan yang menarik karena lokasinya yang menghubungkan Asia dan Eropa.
Baca juga: Mengintip pabrik mobil NIO di Hongaria
Baca juga: Pabrik terintegrasi BYD mampu produksi 1.200 EV tiap hari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024