Nicolas adalah Manager design-styling, Engineering Division di Unit tersebut. Tim Nicolas adalah yang merancang facelift Grand New Toyota Fortuner yang diluncurkan Juli lalu di Indonesia.
"Kami mendapat tantangan untuk membuat desain Fortuner lebih modern dan prestise," ujar Nicholas. Dia mengatakan, tidak mudah mendesain perubahan wajah Fortuner yang merupakan produk global untuk lebih dari 170 negara itu.
"Kami harus melakukan komunikasi yang intensif dengan para distributor dan dealer, serta tim engineer, untuk menentukan desain yang bisa diterima dan sesuai selera konsumen di banyak negara, terutama kawasan Asia-Pasifik," katanya.
Fortuner merupakan satu dari tiga mobil dalam proyek kendaraan serbaguna inovatif untuk pasar global atau IMV (Innovatif-international Multipurpose Vehicle) project Toyota, yang pengembangannya dilakukan di luar Jepang.
Selain Fortuner yang bermodel sporty, ada pula kendaraan serbaguna (MPV) medium Toyota Innova yang basis produksinya ada di Indonesia, dan pick-up Toyota Hilux yang basis produksinya ada di Thailand.
Fortuner selain diproduksi di Indonesia untuk pasar domestik dan ekspor juga diproduksi di Thailand.
Di tengah udara sejuk kota Melbourne dengan temperatur udara sekitar 20 derajat, 10 jurnalis Indonesia diajak memasuki ruang "rahasia" yang melahirkan desan Grand New Toyota Fortuner.
Sunyi, bersih, dan tertata rapi, dengan pusat pandangan tertuju pada mock up Fortuner terbaru, serta satu mobil Fortuner keluaran 2008 dan satu lagi mobil keluaran Juli 2011.
Nick menjelaskan pihaknya memulai proyek desain perubahan Fortuner pada Maret 2009 dengan membuat konsep tema perubahan, sesuai bagian mana yang akan diubah.
"Kami kemudian membuat sketsa perubahan tampilan Fortuner agar terlihat semakin gagah dan modern, yang kemudian dikonsultasikan dengan pihak TMC," ujarnya.
Setelah disetujui, tim desain TSA membuat full mock up atau model mobil dari clay atau tanah liat berkualitas tinggi, yang dibuat dengan skala 1:1 sesuai aslinya.
Sebelum diproduksi secara massal, pihaknya sekali lagi harus berkoordinasi dengan para insinyur untuk memastikan perubahan tampilan yang terjadi tidak mengganggu kinerja mesin Fortuner.
"Misalnya desain grile itu tidak boleh sampai menghambat arus pelepasan udara pada mesin," ujar desainer yang sudah delapan tahun bekerja di Toyota itu.
Nick bekerja bersama tiga desainer di TSA yang terlibat dalam proyek facelift Fortuner, di samping kerja sama dengan insinyur Toyota di Thailand, Taiwan, dan Jepang, serta Australia.
Untuk menekan kendala bahasa ketika bekerja sama dengan insinyur dari berbagai negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama, TSA memiliki layar monitor sebesar kendaraan tersebut.
"Program desain Fortuner itu telah memberikan kesempatan pada tim kami untuk bekerja sama dengan pusat teknik regional di Taiwan, Thailand, dan Australia, di bawah kepemimpinan kantor pusat Toyota di Nagoya," kata Kepala desainer TSA Paul Baranger menambahkan.
Ia mengatakan TSA yang berdiri sejak tahun 2002 di Port Melbourne itu memiliki 22 desainer dan staf teknik. "Keberhasilan proyek itu (Fortuner) membawa kami juga bekerja untuk mendesain kendaraan lainnya yang dijual di ASEAN," katanya.
Pemilihan Pusat Desain
Bagi sejumlah wartawan Indonesia, pemilihan Australia sebagai pendesain tampilan baru Fortuner menimbulkan banyak pertanyaan, mengingat Toyota tidak menjual Fortuner di negeri "Kangguru" itu.
"Australia memiliki desainer style, sedangkan di Indonesia tidak ada," kata Kepala Proyek IMV, Osamu Tomioka, ketika menjawab pertanyaan wartawan tentang mengapa Indonesia tidak dipilih sebagai pusat desain untuk mengubah tampilan Fortuner.
Jawaban Tomioka langsung diperkuat Nick. Dia mengatakan Australia merupakan negeri multikultur hampir semua bangsa di kawasan ada di negeri itu.
"Kami memiliki banyak latar belakang yang berbeda," katanya. Ia menambahkan TMC ingin model baru Fortuner sesuai dengan selera konsumen, khususnya di Asia-Pasifik.
Fortuner adalah kendaraan yang "laris manis" di Indonesia. Penjualan Fortuner di Indonesia terus meningkat dengan permintaan sekitar 1.600 unit per bulan.
Pada Januari-September 2011, produksi Fortuner melalui PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) telah mencapai angka 18.348 unit.
Wakil Presdir TMMIN Johnny Darmawan yang mendampingi wartawan mengakui pusat riset dan pengembangannya bukan hal gampang.
"Negara itu harus siap dengan orang-orang yang berbobot, di samping rasa aman dan nyaman dalam berinvestasi, mengingat investasi R&D sangat mahal," katanya.
(R016)
Oleh Risbiani Fardaniah
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011