Jakarta (ANTARA) - Customer Engineering Support PT Michelin Indonesia Mochammad Fachrul Rozi membeberkan tiga penyebab umur ban kendaraan menjadi lebih pendek atau cepat rusak, yang sering dialami pemilik kendaraan, utamanya pada mobil.

Memiliki kendaraan tentu perlu dirawat dengan baik dan benar agar jangka umur kendaraan lebih panjang, tak terkecuali bagian ban.

Ban menjadi salah satu komponen yang sangat penting bagi kendaraan. Selain untuk berjalan, perawatan ban yang buruk juga dapat berdampak pada performa bahkan merusak komponen lain pada kendaraan, seperti velg, suspensi, hingga kaki-kaki. Apalagi digunakan di medan Indonesia kontur dan permukaan jalannya beragam.

Berikut tiga alasan paling sering yang dapat memperpendek umur ban kendaraan.

Baca juga: Hankook hadirkan ban unggulan untuk tunjang bisnis ritel
 

Tekanan udara

Tekanan udara pada ban berperan penting dalam menahan beban kendaraan. Ban dengan tekanan angin yang tepat akan membantu mereduksi turbulensi pada kabin karena jalanan bergelombang.

“Dari penelitian kami 60-70 persen penduduk Indonesia tidak peduli dengan angin ban, dampaknya ban akan panas karena banyak geraknya, dan dapat menimbulkan seperti stretch mark di bagian dalam, yang lama kelamaan karet akan putus dan kembung,” jelas Rozi kepada ANTARA di Jakarta, Jumat (8/9).

Rozi menyarankan pengguna untuk secara rutin memeriksa tekanan ban kendaraan. Ia menyebut tekanan udara yang tepat adalah tidak lebih dan tidak kurang dari angka yang telah diberikan pabrikan kendaraan masing-masing.

Pada mobil, biasanya angka tekanan udara tertera pada pilar-pilar kendaraan di sisi pengemudi.

“Tekanan angin yang lebih tinggi dari rekomendasi pabrikan itu lebih mending dari kurang, tapi saya menyarankan untuk sesuai spesifikasi yang dianjurkan, karena kalau kelebihan juga berbahaya pada kecepatan tinggi karena ban bisa melayang, sedangkan kurang angin dapat cepat panas dan pecah,” kata dia.

Baca juga: Kiat cegah "flat spot" pada ban kendaraan yang lama tak dipakai
 

Hindari semir ban berbahan dasar minyak dan silikon

Banyak produk semir ban mengklaim dapat menjaga ban tidak mudah rusak dan lebih awet, selain juga merawat warnanya.

Namun ternyata, pemilik kendaraan perlu lebih jeli dalam memilih bahan dasar semir, karena semir minyak dan silikon dapat merusak ban kendaraan kesayangan.

“Jangan memilih semir yang oil based atau silicon based, itu bisa merusak ban. Bila sering melihat ban retak-retak, itu karena terlalu sering disemir dengan bahan ini. Pilih yang berbahan air atau water based,” ujar Rozi.
 

Penambalan yang salah

Ban tertusuk benda tajam apalagi kecil seperti paku mungkin cukup sering terjadi dan sulit untuk dihindari. Penambalan ban pun jadi jalan keluar yang lebih praktis dan tentu hemat biaya dibanding mengganti ban baru. Namun penambalan yang salah, menurut Rozi, justru dapat merusak ban lebih jauh.

Metode “tambal cacing” sering dilakukan oleh penambal ban yang ditemukan di tepi jalan. Metode ini hanya memasukkan karet keras yang berbentuk seperti cacing ke dalam ban yang bocor dengan cara ditusuk. Harapannya karet tersebut dapat terjepit dengan rapat sehingga dapat mengunci udara di dalamnya dan menutup permukaan ban yang berlubang.

“80 persen pecah ban di jalan tol Indonesia terjadi karena perbaikan ban yang buruk, perbaikan yang betul adalah ban dilepas dari velg, dilihat dari dalam, tambalnya dari dalam. Sedangkan metode tambal cacing dapat menyebabkan ban melebar secara berkala hingga dapat pecah atau meledak sewaktu-waktu,” imbuh Rozi.

Baca juga: Periksa kondisi ban mobil sebelum berlibur dengan kendaraan pribadi

Baca juga: Michelin komitmen kembangkan ban kendaraan listrik ramah lingkungan

Baca juga: Penting, periksa kondisi ban sebelum melakukan mudik

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023