Jakarta (ANTARA) - SGMW, perusahaan produsen mobil utama China yang merupakan patungan antara SAIC Motor, General Motors, dan Liuzhou Wuling Motors tengah membidik pasar Indonesia guna memperluas bisnis mereka secara global.

Pada 2017, dengan total investasi 1 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.875), basis manufaktur SGMW di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat, mulai beroperasi. Mencakup area seluas 60 hektare, basis tersebut kini dikembangkan menjadi sebuah kawasan industri otomotif, yang melibatkan rantai industri otomotif lengkap.

"Setelah lima tahun beroperasi, Wuling menjadi salah satu merek mobil China terlaris di Indonesia," kata Han Dehong, wakil manajer umum SAIC-GM-Wuling Indonesia dikutip dari Xinhua pada Kamis.

Peluncuran NEV tersebut akan menyediakan lebih banyak produk dan layanan mobil berkualitas tinggi bagi masyarakat Indonesia secara lokal, dan memperluas bisnis secara internasional merupakan strategi penting untuk pengembangan SGMW, imbuh Han.

 "Indonesia merupakan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, kaum muda mendominasi mayoritas dari hampir 300 juta penduduknya, sehingga Indonesia akan menjadi pasar mobil yang sangat potensial dan dinamis," papar Han, menambahkan bahwa pasar mobil Indonesia menarik banyak perhatian pabrikan mobil global.   Cui Dongshu, sekretaris jenderal Asosiasi Mobil Penumpang China, mengatakan bahwa China mencatatkan ekspor lebih dari 2 juta kendaraan pada 2021, naik lebih dari 100 persen (yoy).
 
 


Dalam beberapa tahun terakhir, berkat peningkatan berkelanjutan daya saing produk yang komprehensif, merek mobil China mendapatkan lebih banyak pengakuan di pasar global, banyak produsen mobil China memperkuat strategi "keluar" mereka dan mempercepat penyebarannya di seluruh dunia.

Perusahaan-perusahaan otomotif di China mengekspor 1,218 juta kendaraan pada paruh pertama tahun ini, naik 47,1 persen (yoy), tunjuk data dari Asosiasi Manufaktur Mobil China (China Association of Automobile Manufacturers/CAAM).

Cui Dongshu, sekretaris jenderal Asosiasi Mobil Penumpang China, mengatakan bahwa China mencatatkan ekspor lebih dari 2 juta kendaraan pada 2021, naik lebih dari 100 persen (yoy).   Data resmi menunjukkan tata letak global NEV BYD kini mencakup enam benua, lebih dari 70 negara dan kawasan, dan lebih dari 400 kota di luar negeri.
 
 


"Hingga Juni tahun ini, terlepas dari dampak pandemi global COVID-19, pertumbuhan volume ekspor mobil China secara tahunan juga melonjak, menunjukkan ketahanan yang kuat dari rantai industri mobil China," tutur Cui.

Selain kendaraan berbahan bakar bensin tradisional, produsen-produsen NEV China juga bergerak memasuki pasar luar negeri. Data dari CAAM menunjukkan bahwa dari Januari hingga Juni tahun ini, China mengekspor 0,202 juta NEV, naik 1,3 kali (yoy), yang berkontribusi hingga 16,6 persen dari total ekspor mobil.

Selama periode tersebut, Xpeng, salah satu produsen mobil listrik (electric vehicle/EV) pintar terkemuka di China, membuka empat dealer di pasar Eropa, termasuk Swedia dan Norwegia. Sementara itu, sebelumnya pada September 2021, NIO, pabrikan mobil listrik pintar China lainnya, telah meluncurkan model NEV ES8 di Norwegia.

Data resmi menunjukkan tata letak global NEV BYD kini mencakup enam benua, lebih dari 70 negara dan kawasan, dan lebih dari 400 kota di luar negeri

 
 



"Produsen-produsen mobil NEV China yang mengantre ke pasar Eropa menunjukkan sebuah terobosan untuk ekspansi global mereka, terutama di negara-negara maju, dan NEV adalah titik pertumbuhan inti ekspor mobil China saat ini," kata Cui.

Xu Haidong, wakil kepala insinyur CAAM, mengatakan bahwa raksasa mobil internasional, seperti Audi dan Volkswagen, telah meningkatkan tata letak pasar EV mereka, yang menunjukkan percepatan era EV global.

"Manufaktur NEV China sekarang berdiri di garis depan industri otomotif dan dapat berpotensi memegang peran utama dari revolusi industri ini," kata Xu.

SGMW akan meningkatkan upaya dalam ekspansi pasar NEV global, tutur Wang Weisen, wakil manajer umum perusahaan penjualan SGMW.

"Berbasis di Indonesia, kami akan memperluas bisnis NEV kami ke Asia Tenggara, kemudian ke Timur Tengah dan Asia Selatan, dan akhirnya memasuki pasar Eropa dan Jepang, yang membentuk daya saing global kami," imbuh Wang. Selesai


 
Pewarta:
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022