Jakarta (ANTARA) - Pabrikan mobil mewah BMW mengatakan akan memprioritaskan produksi kendaraan listrik (EV) di tengah krisis chip dan konflik Ukraina-Rusia.

Dikutip dari Reuters, Kamis, BMW memangkas perkiraan margin keuntungan 2022 divisi mobilnya, dan mengatakan pihaknya memperkirakan krisis chip akan berlanjut sepanjang tahun.

Pembuat mobil asal Jerman tersebut memperingatkan gangguan rantai pasokan yang diperburuk oleh invasi Rusia ke Ukraina.

BMW, yang menjual rekor 2,52 juta kendaraan tahun lalu meskipun kekurangan chip semikonduktor, berharap untuk memberikan lebih banyak tahun ini, tetapi sekarang mengharapkan output setara dengan 2021.

"Namun, tujuannya untuk produksi kendaraan listrik yang lebih tinggi tetap tidak berubah," kata Chief Technical Officer Frank Weber.

Baca juga: BMW 330e M Sport jadi "safety car" di Sirkuit Mandalika

Perusahaan bermaksud untuk meningkatkan lebih dari dua kali lipat penjualan EV menjadi lebih dari 200 ribu tahun ini dan mencapai 2 juta penjualan listrik penuh pada tahun 2025.

Ini akan membentuk lima kemitraan baru untuk pabrik baterai di lokasi yang dekat dengan tempat EV diproduksi di Eropa, China, dan wilayah NAFTA, kata Kepala Pembelian Joachim Post, tanpa memberikan perincian.

BMW menangguhkan produksi di beberapa pabrik Jerman setelah invasi Rusia ke Ukraina, tetapi akan kembali berproduksi penuh minggu depan, kata Kepala Produksi Milan Nedeljkovic. Produksi Mini di Oxford tetap ditangguhkan.

Jadwal digeser untuk mengkompensasi waktu produksi yang hilang, kata Nedeljkovic, dengan pekerjaan renovasi di pabrik tertentu yang direncanakan untuk akhir tahun selesai sementara produksi ditangguhkan.

Krisis Ukraina dan gangguan terkait COVID-19 di China telah memaksa produsen mobil dari Toyota hingga Tesla menutup pabrik dan menaikkan harga. Banyak yang memperingatkan perubahan lebih lanjut jika keadaan tidak stabil.

BMW mengatakan bahwa sementara itu pihaknya masih dapat memperoleh beberapa suku cadang dari Ukraina Barat dan melibatkan pemasok di lokasi lain di seluruh dunia untuk menjaga produksi, gangguan lebih lanjut diperkirakan akan terjadi.

Kenaikan harga bahan baku kemungkinan akan merugikan perusahaan dalam jumlah ratusan juta euro tahun ini, kata Kepala Keuangan Nicolas Peter.

Namun, pihaknya memperkirakan akan mempertahankan pemasok Ukraina dalam jangka menengah hingga panjang, kata dia.

Baca juga: Jumlah usia produktif buat pasar otomotif di Indonesia menggiurkan

Baca juga: New BMW X3 produksi lokal meluncur dengan tampilan baru

Baca juga: BMW Approved Bodyshop pertama resmi hadir di Indonesia
Pewarta:
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022