Menurut laporan Reuters, dikutip Kamis, para pejabat yang mengetahui proses persetujuan tersebut mengatakan AS telah memberi lisensi berupa wewenang kepada pemasok untuk menjual chip yang dapat melengkapi komponen kendaraan, seperti layar video dan sensor, kepada Huawei.
Selama ini, Huawei masuk ke dalam daftar hitam AS akibat pembatasan perdagangan yang diberlakukan oleh pemerintahan Donald Trump berupa penjualan chip dan komponen lain dalam peralatan jaringan dan bisnis smartphone.
Baca juga: Huawei gandeng VW garap teknologi mobil berjaringan 4G
Selain itu, pemerintahan Joe Biden juga telah memperkuat batasan ekspor ke Huawei dan menolak lisensi penjualan chip untuk penggunaan perangkat 5G ke Huawei.
Chip mobil umumnya dianggap tidak secanggih kemampuan 5G sehingga standar atas persetujuan pun lebih longgar. Seorang narasumber anonim mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintah AS memberikan lisensi untuk chip di kendaraan yang mungkin memiliki komponen lain dengan kemampuan 5G.
Senator Republik Tom Cotton menyebut langkah tersebut sebagai contoh lain kegagalan Presiden Biden untuk melindungi keamanan ekonomi dan nasional Amerika.
Cotton yang sangat kritis terhadap Huawei mengatakan perusahaan teknologi China itu memiliki sejarah panjang dalam mengekspor "otoritarianisme digital" Beijing. Ia juga menekankan agar pemerintahan Biden meningkatkan hukuman dan pembatasan alih-alih memberikan keringanan.
"Tidak dapat diterima bagi pemerintahan Biden untuk meredakan kampanye tekanan terhadap perusahaan mata-mata China seperti Huawei," kata Cotton kepada Reuters.
Sementara itu, juru bicara Departemen Perdagangan AS mengatakan pemerintah terus secara konsisten menerapkan kebijakan lisensi untuk membatasi akses Huawei ke komoditas, perangkat lunak, atau teknologi untuk kegiatan yang dapat membahayakan keamanan nasional AS dan kepentingan kebijakan luar negeri.
"Kami memposisikan diri sebagai penyedia komponen baru untuk kendaraan terhubung yang cerdas, dan tujuan kami adalah membantu OEM mobil (produsen) membangun kendaraan yang lebih baik," kata seorang juru bicara Huawei.
Huawei telah membantah permasalahan mata-mata yang dituduhkan pemerintah AS. Sebagai dampak kebijakan pembatasan perdagangan yang diberlakukan AS pada 2019, Huawei melaporkan penurunan pendapatan terbesarnya pada paruh pertama tahun 2021.
Baca juga: Kemarin, tren menonton 2021 hingga Porsche Taycan dikontrol via gawai
Baca juga: Huawei hibahkan "inverter" energi surya untuk Green School Bali
Baca juga: Penggunaan laptop masih tinggi, Huawei rilis MateBook D14 dan D15
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021