"Kami cukup bangga dengan citra Chevrolet yang lama yang bermesin besar, gagah, tangguh, nyaman dan menggugah hati. Semua itu masih ada pada Chevrolet sekarang. Hanya kami berharap agar masyarakat tidak terjebak kepada citra dan stigma lama Chevrolet yang boros, kaku, tidak modern dan purna jual yang lemah."

Boleh jadi ini menjadi sebuah penegasan mewakili General Motors (GM) yang disampaikan Marketing and Corporate Communications Director GM Autoworld Indonesia (GMAI), Debora Amelia Santoso, atas sebuah komitmen untuk menciptakan produk-produk kendaraan ramah lingkungan di masa depan.

Produsen otomotif asal Amerika Serikat (AS) ini sejak lama dikenal dengan koleksi-koleksi mobil berbadan besarnya, yang tentu saja membutuhkan bahan bakar cukup banyak. Sebut saja Buick, Cadillac, Holden, Hummer, Pontiac yang pernah menjadi mobil-mobil andalan GM.

Tantangan produsen otomotif yang telah berdiri sejak 16 September 1908 ini tentu cukup besar. Walaupun telah menjadi pionir sebagai penemu teknologi mesin efisien yang ramah lingkungan di dunia, namun GM ditantang untuk dapat mengembangkannya secara masal.

Menurut Amelia, baru dalam lima tahun terakhir GM selaku produsen dari Chevrolet semakin giat memproduksi teknologi ramah lingkungan. Ditandai dengan kelahiran mobil konsep yang perlahan-lahan bergantian telah dan akan diproduksi secara massal.

Dalam rangkaian acara GM Next Tech Tour dua tahun lalu di Bangkok, Thailand, produsen otomotif AS yang bermarkas di Detroit ini sudah memperkenalkan lebih jauh dengan teknologi ramah lingkungan yang dikembangkannya seperti fuel cell, hybrid, hydrogen.

Secara bergantian para jurnalis dari berbagai media di Asia Tenggara dijelaskan secara gamblang kinerja dari teknologi ramah lingkungan tersebut serta memperkenalkan konsep "From Gas Friendly to Gas Free" .

Kini dengan New GM, misi mengimplementasi konsep "From Gas Friendly to Gas Free" semakin dikembangkan mulai dari fuel efficiency, biofuels, hybrid, electric, dan fuel cell.


Chevrolet fuel solutions
Managing Director GMAI, Mukiat Sutikno mengungkapkan bahwa konsep GM menuju ramah lingkungan tersebut ada dalam divisi Chevrolet dengan nama "Chevrolet Fuel Solutions".

Dalam teknologi fuel efficiency yang dikembangkan GM berhasil menciptakan produk-produk yang irit bahan bakar. Mulai dari yang bermesin bensin hingga diesel.

Pada teknologi biofuels, sama halnya dengan teknologi fuel efficiency juga telah bisa dinikmati dan dirasakan manfaatnya pada produk-produk Chevrolet. Mulai dari yang memiliki kapabilitas 15 persen ethanol 85 persen bensin, hingga sebaliknya, 85 persen ethanol 15 persen bensin.

Sementara di teknologi hybrid dan electric, GM juga terus mengaplikasikan teknologi terdepan dan termutakhirnya melalui produk-produk yang sudah mulai diproduksi massal seperti Chevrolet Tahoe 2mode Hybrid yang telah hadir di Indonesia International Motor Show (IIMS) 2010.

Sedangkan upaya GM dalam membangun impian era mobil listrik dunia juga sangat serius. Sebagai pionir yang memproduksi mobil listrik pertama di AS, kini GM juga telah memulai memproduksi besar-besaran secara regular "battery lithium ion" sebagai bahan bakar produk termutakhirnya yakni Chevrolet Volt.

Tidak tanggung-tanggung, GM telah berinvestasi sebesar 336 juta dollar AS untuk membangun pabrik Chevrolet Volt, di Hamtramck, Detroit.

Sementara itu, teknologi fuel cell seperti halnya dengan hybrid terus dikembangkan GM hingga semua teknologi tersebut layak diproduksi massal dan bisa terbeli masyarakat dunia, jelas Mukiat.

Mengubah image
Marketing and Corporate Communications Director GM Autoworld Indonesia (GMAI), Debora Amelia Santoso mengungkapkan bahwa kampanye Chevrolet secara global saat ini akan seragam dan fokus kepada pesan bahwa merek ini secara global telah mereposisi dirinya menjadi merek yang sangat pesat dalam mengembangkan teknologi bahan bakar yang efisien dan irit.

Selain itu, ia menambahkan kampanye juga bertujuan menunjukan GM yang bertransformasi menjadi produk yang punya desain terbaik di kelasnya, irit bahan bakar serta didukung layanan purna jual yang prima. Namun demikian, diharapkan, publik secara perlahan dapat tetap menghargai image Chevrolet lama sebagai heritage yang bisa dinikmati secara abadi.

Di Eropa, General Motors Company, sebagai induk perusahaan Chevrolet terus mengembangkan teknologi mesin diesel rendah emisi di semua line up produknya. Sedangkan di Brazil, GM sukses dengan produksi Chevrolet berbahan bakar ethanol (Bio Fuel).

Terakhir, Chevrolet bermesin kecil yang irit bensin yakni All New Chevrolet Spark menjadi raja pasar di India. Dilanjutkan di Thailand, Chevrolet sukses dengan line-up Eco Car yang berbahan bakar CNG dan Dual Fuel (Diesel dan CNG).

Kini GM dengan Chevrolet versi ramah lingkungannya yakni Chevrolet Sequel yang berbahan bakar hydrogen, Chevrolet Malibu hybrid, Chevrolet Equinox fuel cell, Chevrolet Tahoe two mode hybrid, Chevrolet Volt E-Rev, dan Chevrolet Cruze Eco telah dipasarkan.

Sementara di Indonesia GMAI menawarkan Chevrolet Captiva, Chevrolet Cruze, Chevrolet Aveo, dan Chevrolet Lova versi LPG Ready untuk operasional taksi yang mendukung konsep "fuel efficiency".

Produk termutakhir yang ditawarkan di Indonesia adalah All New Chevrolet Spark berkapasitas 1.200 cc dengan efisiensi bahan bakar dapat mencapai satu liter banding 67 kilometer (km).

GMAI sendiri, menurut Mukiat Sutikno, siap memasarkan produk-produk ramah lingkungan lainnya seperti Chevrolet Colorado yang berbahan bakar CNG ke Indonesia, mengingat produk ini di Thailand sangat digemari. Kendala hanya ada pada ketidaktersediaan bahan bakar CNG untuk kendaraan secara massal di tanah air.
(V002/B010)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010