Jakarta (ANTARA News) - Dalam hitungan hari, pameran tahunan terbesar otomotif di Indonesia --Indonesia International Motor Show (IIMS)-- akan berlangsung, tepatnya 23 Juli sampai 1 Agustus 2010.

Di lahan seluas 100 ribu meter persegi di Jakarta International Expo (JIEX), Kemayoran itu sedikitnya 23 agen tunggal pemegang merek (ATPM) akan mengadu peruntungan produk mereka.

Belum lagi sekitar 150 perusahaan pendukung otomotif, mulai dari suku cadang, aksesoris, jasa dan servis, serta perusahaan pembiayaan sudah dipastikan akan hadir di pameran tersebut.

Ketua Umum Penyelenggara IIMS ke-18, Johnny Darmawan menyebut ajang tersebut sebagai unjuk kemajuan teknologi industri otomotif nasional yang kini memberi kontribusi besar dalam penyerapan tenaga kerja.

"IIMS bukan ajang jualan, dia (IIMS) ajang adu teknologi, dan pertunjukan mobil-mobil terbaru. Otomotif bukan hanya jualan, tapi ia (otomotif) adalah industri yang telah berkembang di tanah air," katanya di sela-sela kesibukan kerjanya pada akhir pekan.

Johnny, saat dihubungi sedang di Yogyakarta, mengungkapkan kegembiraannya, persiapan, dan harapan, terhadap IIMS yang sudah tiga kali dipimpinnya.

Sebagai salah satu Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Johnny juga menjelaskan pemikirannya tentang industri otomotif tanah air, pasar dan peluang investasi.

Berikut petikan wawancara dengan ANTARA dalam sejumlah pertemuan dengan wartawan di Jakarta.

ANTARA: Bagaimana persiapan mutakhir IIMS?
Johnny: Terus terang baru beberapa minggu ini saya secara intensif memperhatikan kesiapan ajang tersebut, karena selama ini diserahkan ke EO. Sejauh ini hampir semua masih sesuai rencana. Hanya satu, akhirnya IIMS tidak melibatkan ATPM sepeda motor.

ANTARA: Siapa yang rencananya membuka ajang tersebut?
Johnny:: Kami berharap Presiden bisa membuka acara itu. Surat menyurat dan komunikasi sudah dilakukan, namun sampai sekarang belum ada kepastian dari Setneg (Sekretariat Negara). Kalau pun seandainya Presiden tidak bisa membuka acara pada 23 Juli, pembukaan tetap dilakukan. Hari pertama diperuntukan bagi VIP, para penyandang cacat, dan pers. Baru pada hari kedua, IIMS dibuka untuk umum.

Tahun lalu IIMS dibuka oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, karena Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berhalangan hadir. Harga tiket untuk masuk ke arena pameran senilai Rp20.000 pada Senin-Kamis dan Rp30.000 pada Jumat-Minggu.

ANTARA: Apa yang istimewa dari gelaran IIMS tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya?
Johnny: Tahun ini, ATPM yang tahun lalu tidak ikut, sekarang ikut. Jadi, hampir semua ATPM ikut. Pastinya mereka akan mengeluarkan produk terbaru dan unggulan masing-masing, sehingga pengunjung bisa melihat mobil terbaru yang dipasarkan di sini. Selain itu, mereka (pengunjung) juga bisa melihat kemajuan yang dicapai industri otomotif tanah air, dan teknologi otomotif ramah lingkungan yang berkembang di dunia.

Saat ini sudah 23 ATPM yang terdaftar, yaitu Audi, BMW, Chevrolet, Daihatsu, Ford, Foton, Fuso, Hino, Honda, Hyundai, Isuzu, Jaguar, KIA, Mazda, Mercedes Benz, Mitsubishi, Nissan, Nissan Diesel, Proton, Subaru, Suzuki, Toyota dan VW.

Beberapa ATPM juga akan mempertunjukan mobil ramah lingkungan, baik yang masih tahap konsep maupun yang sudah diproduksi massal, meski belum dipasarkan di Indonesia.

ANTARA:
Mengapa IIMS masih mengusung tema lingkungan, Eco-Technology Motoring?
Johnny: Tren industri otomotif memang ke sana, ke teknologi motor (mesin) ramah lingkungan. Industri otomotif di Indonesia juga mengarah ke sana, setidaknya kita sudah menerapkan standar emisi Euro II. Selain itu, kami ingin terus mengimbau kepedulian masyarakat dan pemerintah tentang mobil dengan teknologi ramah lingkungan untuk membantu mengurangi pemanasan global. Kalaupun sampai sekarang dinilai belum ada kemajuan, terutama dari sisi dukungan kebijakan pemerintah, tapi semangat (ke arah dukungan dan minat masyarakat terhadap mobil ramah lingkungan) mulai ada. Kami tidak akan bosan mengimbau hal itu.

ANTARA: Bagaimana dengan kesan, IIMS hanya ajang hura-hura dan meningkatkan penjualan mobil?
Johnny: Tidak ada jualan, itu hanya sampingan. Pameran otomotif itu bukan ajang jualan, tapi ajang adu teknologi motor (mesin), ajang pamer model-model terbaru, agar pengunjung bisa melihat perkembangan industri otomotif tanah air dan dunia. Paradigma yang ada di Indonesia otomotif itu sumber kemacetan, mahal, polusi, dan boros. Padahal tidak selalu begitu. Otomotif di Indonesia itu sudah menjadi sebuah industri. Industri otomotif telah menyerap lebih dari 400 ribu tenaga kerja secara langsung dan sekitar empat juta tenaga kerja tidak langsung dari industri komponen, jasa dan servis, aksesoris, dan lain-lain. Dia (industri otomotif) juga menjadi pemberi kontribusi pajak terbesar untuk APBD sejumlah provinsi, dan pemberi kontribusi pajak keempat atau kelima dalam APBN. Selain itu, pada ajang ini (IIMS) kami juga menyelenggarakan berbagai kegiatan CSR, berupa donor darah, pemberian sumbangan, serta edukasi kepada pelajar.

Dari sisi bisnis, panitia penyelenggara juga menargetkan penjualan bisa mencapai Rp2 triliun atau sekitar 7.000 mobil, dengan target pengunjung 260.000 orang

ANTARA: Secara garis besar, apa harapan Anda pada ajang IIMS kali ini?
Johnny: Saya berharap otomotif itu dianggap sebuah industri, bukan sekedar jualan. Untungnya memang kini pemerintah telah menjadikan otomotif sebagai industri andalan masa depan (dalam Kebijakan Industri Nasional)

ANTARA: Apakah IIMS juga merupakan gimmick menggairahkan pasar otomotif tanah air?
Johnny: Ya, karena pengunjung jadi tahu tentang model (mobil) terbaru. Tapi memang tahun ini permintaan mobil meningkat signifikan. Pada semester I saja penjualan mobil secara nasional telah mencapai 370 ribu unit. Kalau dikali dua saja, sampai akhir tahun bisa di atas 700 ribu unit. Indonesia bisa menjadi pasar mobil terbesar di ASEAN, mengalahkan Thailand.

ANTARA: Apakah dengan demikian Indonesia semakin berpeluang besar menjadi negara tujuan ekspansi investasi otomotif?
Johnny: Indonesia punya kesempatan yang baik saat ini, karena Thailand tidak terlalu kondusif lagi. China juga tidak kondusif. Yang kondusif itu India dan Indonesia. Kalau Vietnam kurang, karena dalam suatu negara yang baru lepas (belum lama merdeka) belum stabil (secara kebijakan) masih "up and down." Harus diakui yang kondusif sekali saat ini adalah India. Indonesia harus mempunyai kebijakan yang lebih jelas dulu mengenai insentifnya, terutama untuk mobil ramah lingkungan, agar investasi masuk.
(R016/B010)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010