"Ini balapan bukan balap kencang-kencang, tapi dia (pebalap) harus menahan rasa ego dan mereka harus sabar," ujar Abidin di Bogor, Minggu.
Yamaha Endurance Race dibagi dalam tiga kategori kelas, yaitu Open Class 250cc (2 jam), untuk komunitas dan profesional, Community 250cc (1 jam) dan Community 150cc (1 jam).
Masing-masing tim yang turun dalam tiap kategori menyiapkan dua orang pebalap, yang akan saling berganti ketika balapan telah memasuki separuh dari total waktu perlombaan.
Sebagai contoh, pada kelas Community 150cc (1 jam), tiap tim akan mengganti pembalap setelah balapan memasuki waktu 30 menit.
Bila pembalap pertama lebih mengedepankan ego dan nafsu, lalu kemudian terjadi tabrakan atau kerusakan pada mesin, maka dampak yang ditimbulkan tidak hanya dirasakan oleh pembalap pertama, tetapi juga pembalap berikutnya.
"Jadi pembalap juga harus mengukur kondisi ban dan bahan bakar. Kalau crash misalnya, kasihan pembalap selanjutnya. Kalau masuk pit stop mereka pasti rugi waktu," ucap Abidin.
Abidin menambahkan, Yamaha Endurance Race juga mengedepankan faktor keamanan para pembalap. Misalnya saja terkait durasi pengisian bahan bakar, panitia memberikan waktu hingga 2,5 menit. Tujuannya agar para pembalap tidak terburu-buru pada saat melakukan pengisian.
Yamaha Endurance Race mengadopsi cara start dengan sistem "Le Mans Style", yakni para pembalap memulai start dengan berdiri di samping trek sirkuit, berseberangan dengan motor mereka yang telah disusun sesuai hasil grid positition.
Ketika bendera start dikibarkan, pada pembalap berlari menuju motor masing-masing lalu kemudian memulai balapan.
Yamaha Endurance Race menyediakan total hadiah sebesar Rp120 juta rupiah untuk para pemenang.
Baca juga: Doa untuk Palu warnai pembukaan Yamaha Endurance Festival 2018
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018