Sejak Mei 2018, Kaminski mengemudi Nissan Leaf sendirian dari Polandia melintasi Rusia, Lithuania, Mongolia, hingga ke China. Ia akan mengunjungi Korea Selatan sebelum tiba di Jepang pada September 2018.
Kaminski mengatakan ide berpetualang bertema "No Trace Expedition" untuk menjelajahi Polandia ke Jepang dilakukan guna membuktikan bahwa mobil listrik yang ramah lingkungan juga bisa dipakai dalam perjalanan jauh untuk melintasi medan-medan jalan yang berbeda-beda.
"Ketika berdiri di dua kutub Bumi, saya melihat dunia putih bersih tanpa cela, tanpa polusi," kata Kaminski dilansir laman resmi Nissan Global, Kamis.
"Mungkin ada sangat sedikit petualang yang akan mengendarai mobil listrik selama puluhan ribu kilometer dalam ekspedisi yang tanpa gangguan ini," katanya.
Melalui ekspedisi ini, Kaminski juga mencoba menepis anggapan banyak orang yang menilai teknologi mobil listrik masih terlalu baru dan belum didukung ketersediaan infrastruktur.
Baca juga: Nissan Juke sudah diproduksi 1 juta unit di pabrik Sunderland
Pada pekan lalu, Nissan mengumumkan bawa Leaf menjadi kendaraan listrik terlaris di Eropa setelah lebih dari 18.000 unit Leaf terbaru telah terdaftar pada semester pertama 2018.
Pelanggan di Eropa memesan lebih dari 37.000 unit Leaf sejak dikeluarkannya model terbaru yang pertama kali dijual pada Oktober 2017.
Permintaan yang kuat pada Nissan Leaf dalam enam bulan pertama tahun ini memperkuat statusnya sebagai mobil listrik terlaris di dunia, dengan lebih dari 340.000 penjualan secara global sejak Leaf model pertama diluncurkan pada 2010.
Sebanyak 72 persen konsumen Nissan Leaf memilih model dengan fitur ProPILOT sebagai teknologi unggulan dari Nissan Intelligent Mobility yang memberikan kemudahan tambahan bagi pengemudi.
Baca juga: Nissan Leaf puncaki penjualan mobil listrik di Eropa
Baca juga: Nissan Evalia model "camper van" muncul di Spanyol
Penerjemah: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018
Copyright © ANTARA 2018