Tangerang (ANTARA News) - Agen tunggal pemegang merek mobil Honda di Indonesia, PT Honda Prospect Motor (HPM), menilai pembangunan fasilitas penelitian dan pengembangan (R&D) yang khusus mendesain pengembangan mobil di Indonesia tidak mendesak.

Alasannya, kata Direktur Pemasaran dan Layanan Purnajual HPM Jonfis Fandy, soal desain bisa dilakukan dengan sistem pertukaran informasi yang kini semakin unggul sehingga masukan konsep bercitarasa dan berkesesuaian untuk pasar Indonesia bisa disampaikan ke studio fasilitas R&D desain yang berada di luar negeri.

"Sebab tim desain kami juga untuk menggambar produk masukkannya dari orang Indonesia. Studionya saja di sana, otaknya di sini," kata Jonfis kepada ANTARA News saat ditemui di sela-sela pameran Gaikindo, ICE BSD City, Tangerang, 11-21 Agustus 2016.

Terlebih lagi, sebagai merek global yang model-model mobil Honda cenderung beredar internasional sehingga "studio desainnya masih ada di negara-negara seperti Jepang, Amerika Serikat, Eropa atau Thailand."


Meski menilai R&D desain sebagai sesuatu yang belum mendesak, Honda tetap menganggap penting keberadaan fasilitas R&D di Indonesia. Hal itu tercermin dengan dibukanya R&D Purchasing di Indonesia sejak dua tahun silam.

"Honda punya R&D untuk bagian Purchasing, yang sudah kami buka dua tahun lalu di Indonesia. Tugasnya untuk memastikan kualitas dan penentuan rekanan pemasok komponen lokal bisa lebih cepat diseleksi," katanya.

Jonfis menilai R&D Purchasing lebih nyata manfaatnya untuk saat ini, yang memberikan keuntungan baik bagi Honda untuk mengakses lokalisasi komponen dengan cepat dan kualitas terjamin, juga bagi pertumbuhan industri komponen yang nantinya akan menjadi pasar kerja bahkan investasi pemasok komponen dari Jepang mengucur ke Indonesia.

Sekurang-kurangnya 200 perusahaan telah menjadi rekanan pemasok komponen lokal Honda yang salah satunya dibutuhkan untuk memenuhi syarat 60 persen kandungan lokal demi mengikuti program LCGC melalui Brio Satya.

"Jadi R&D desain itu kalau ada bagus, kalau pun tidak bukan sesuatu yang harus dilakukan secara buru-buru," kata Jonfis.


Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian I Gede Putu Suryawiryawan mengimbau para APM/ATPM untuk mengembangkan produk mereka di Indonesia dan membangun fasilitas R&D.

"Karena tanpa ada R&D itu bukan industri yang baik dan benar. Tanpa R&D mereka cuma sekadar pabrik, industrinya di tempat lain," katanya.


Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016