"Tidak berubah. Kami akan teruskan apa yang telah dijalankan Mitsubishi di Indonesia," katanya.
Salah satu proyek terbesar Mitsubishi adalah menyelesaikan pembangunan pabrik di Cikarang, Jawa Barat, yang berkapasitas 160 ribu unit per tahun. "Pabrik itu akan menjadi pabrik Mitsubishi yang besar, seperti yang ada Thailand dan Philipina," kata Osamu.
Ditargetkan pada April 2017, pabrik tersebut akan beroperasi secara komersial, seiring dengan produksi kendaraaan serbaguna (MPV) kecil teranyar Mitsubishi yang akan diperkenalkan pada Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) tahun ini.
"Kami harus mengubah model bisnis kami (di Indonesia)," kata Masuko. Selama ini, diakuinya, Mitsubishi lebih dikenal di Indonesia dengan kendaraan niaga dibandingkan kendaraan penumpang. Namun ke depan, dengan hadirnya MPV kecil terbaru dan kehandalan SUV Mitsubishi Pajero, ia yakin segmen kendaraan penumpang Mitsubishi di Indonesia makin kuat.
"Model seperti SUV dan MPV Mitsubishi akan lebih banyak dijual di sini," kata Osamu.
Ia menantang Presdir PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) selaku agen pemegang merek (APM) Mitsubishi, Hisashi Ishimaki untuk meningkatkan penjualan kendaraan penumpang di tengah ekspansi KTB dalam jaringan penjualan di seluruh Indonesia.
Lebih jauh Masuko mengatakan aliansi Mitsubishi dengan Nissan tidak berpengaruh pada strategi bisnis keduanya di pasar Indonesia maupun global.
Bahkan ia menyebut Nissan tetap sebagai pesaing Mitsubishi di pasar otomotif. "Mitsubishi dan Nissan akan secara terpisah melakukan aktivitas branding, pemasaran dan penjualan," ujarnya.
Aliansi tersebut, menurut dia, lebih ditujukan untuk menggerakkan efek sinergi. Pihaknya sinergi itu akan berkembang ke berbagai area, termasuk pembelian, berbagi platform umum, pengembangan teknologi terdepan, menciptakan pasar, dan pembiayaan penjualan.
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016