Ketua Umum Forwot Indra Prabowo mengawali diskusi dengan menegaskan perlunya membahas standar emisi Euro 6 sejak sekarang mengingat Indonesia selalu ketinggalan dalam hal ini dibanding dengan negara lain, terlebih negara-negara Eropa.
“Negara-negara di Eropa telah menerapkan standar Euro 6, sementara Indonesia masih Euro 2 dan berwacana mengaplikasi Euro 4 pada 2018. Kami tak ingin Indonesia terus tertinggal dan tertinggal. Di sini kita ingin mengetahui sesiap apakah Indonesia ke Euro 6,” ujar Indra Prabowo.
Sementara wartawan senior Munawar Challil sepakat bahwa Indonesia mengalami ketertinggalan teknologi yang seharusnya kita lebih mapan berbanding negara-negara lainnya di ASEAN.
“Melihat sejarah Indonesia bahwa industri permobilan sudah berjalan sejak tahun 1920-an. Sementara melihat Filipina hingga Thailand baru memulai di tahun 1960-an. Semuanya bergantung pada ketegasan dari Pemerintah untuk memaksa industri menerapkan teknologi lebih advanced.”
“Kita memakai momentum roadmap dengan booming Euro 4 di Asia, mengapa kita tidak mencuri start menyiapkan Euro 6. Mudah-mudahan di tahun 2019, Pertamina bersama investor dari Rusia juga sudah memikirkan bahan bakar tak hanya Euro 4,” kata Puput dari Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB).
“Di kawasan Scandinavian sudah menetapkan di tahun 2020 tak lagi ada emisi gas buang. Repotnya kita adalah negara yang masih menjadi pasar. Tak lepas dari policy Pemerintah. Karena kita adalah pasar terakhir ketika melihat Euro3 dimulai tahun 2018,” ujar Tri Yus Widjajanto dari Pertamina.
Yus menambahkan bahwa sebelum menerapkan Euro 6 harus disiapkan teknologi mesin yang lebih maju dan proses emisinya tidak boleh ada logam berat Pb, Mn dan Fe.
Lebih detailnya sistem pembuangan bahan bakar sudah mengaplikasikan 4-Way Catalytic Converter.
Pertamina, sejauh ini hanya menyesuaikan apa yang masih dipasarkan, sebab dari sisi market perusahaan mamilih yang menguntungkan.
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016
Copyright © ANTARA 2016