"Revolusi digital ini bukan pilihan, tapi harus, agar bisa survive, karena (kebiasaan) konsumen berubah," kata CEO PT Asuransi Astra Buana, Santosa, pada peluncuran Garda Mobile di Jakarta, Rabu malam.
Ia menceritakan layanan digital ini dikembangkan oleh tim khusus beranggotakan anak-anak muda. Mereka mendapatkan banyak masukan dalam pengembangan fitur-fitur aplikasi layanan mobile dari berbagai unsur mulai dari konsumen, komunitas, hingga para blogger.
"Ada dua aplikasi pengembangan yang sebelumnya dan dua lagi benar-benar baru," kata Santosa. Dua aplikasi pengembangan layanan digital Garda Mobile adalah HRakses dan Otocare V (versi) 2.0.
"Otocare V2.0 makin lengkap dengan tambahan fitur pengingat parkir di mana (parking) dan bayar berapa (rate calculator), di samping fitur yang telah ada seperti near me, fuel monitor, reminder," kata Santosa.
Aplikasi Otocare nampaknya sengaja terus disempurnakan Asuransi Astra karena sekitar 60 persen pendapatan perusahaan berasal dari asuransi kendaraan.
Kendati demikian, Astra tidak mengabaikan asuransi segmen komersial dan kesehatan. Oleh karena itulah dikembangkan dua aplikasi baru pada Garda Mobile yaitu CRakses dan Medcare.
"CRakses dikembangkan untuk membantu pelanggan mengelola asuransi komersial secara mandiri dengan fitur utama administrasi polis dan penganggaran," katanya.
Sementara aplikasi Medcare yang bisa diunduh melalui Google Play dan App Store, fitur-fitur utamanya ditujukan untuk menjaga kondisi dan gaya hidup sehat penggunanya, seperti aktivitas sehari-hari, gejala, reminder, dan cek kesehatan.
"Aplikasi ini bisa juga dinikmati bukan peserta Garda Mobile," kata Santosa yang mengatakan tidak ada target khusus terkait premi dengan pengembangan layanan mobile, kecuali keinginan menjadi perusahaan asuransi paling digital.
Ia mengatakan dengan kondisi ekonomi yang masih lesu dan berdampak pada penjualan mobil yang menjadi tulang punggung pasar Asuransi Astra, perusahaannya tidak muluk-muluk.
"Kami stagnan," katanya.
Sebagian besar pendapatan Asuransi Astra berasal dari sektor otomotif (60 persen), komersial (30 persen), kesehatan (10 persen).
Pada 2015, anak perusahaan PT Astra Internasional Tbk itu membukukan premi bruto (GWP) sebesar Rp4,4 triliun dengan laba bersih Rp900 miliar.
"Tahun ini (pendapatan) tidak banyak berubah, walaupun (pendapatan premi dari asuransi) kesehatan bisa naik double digit," katanya.
Direktur PT Astra International Tbk Suparno Djasmin mengharapkan Asuransi Astra terus melakukan inovasi dan upaya strategis guna memenangkan persaingan di tengah pasar asuransi yang melambat.
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016