Purwakarta, Jawa Barat (ANTARA News) - Pelaku industri otomotif nasional meyakini bahwa berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap keberlangsungan industri yang mereka geluti.

Hal itu diungkapkan oleh General Manager Divisi Strategi Pemasaran dan Komunikasi PT Nissan Motor Indonesia, Budi Nur Mukmin, disela peresmian Pusat Suku Cadang Nissan-Datsun di Purwakarta, Rabu.

"Saya pikir berlakunya MEA secara bersamaan membawa peluang dan risikonya sendiri, itu harus dipahami dulu sebagai dasar berpikirnya," kata Budi.

Budi menyampaikan sedikitnya dua alasan kenapa industri otomotif di Indonesia tidak akan terpengaruh secara signifikan oleh berlakunya MEA.

"Pertama, jauh sebelum berlakunya MEA, tarif untuk keluar masuknya mobil antar negara-negara anggota ASEAN itu sudah nol persen," kata Budi.

Sehingga, lanjut Budi, dari sisi keluar masuknya mobil antar negara-negara ASEAN tidak mengalami perubahan.

Kemudian alasan kedua adalah, bahwasanya tiap-tiap negara ASEAN baik pasar otomotifnya maupun industri manufaktur otomotifnya sudah memiliki spesifikasi dan segmentasi masing-masing.

"Ambil contoh lihat beberapa negara jadi basis produksi sekaligus pasar jenis sedan, sementara lainnya seperti Indonesia dan Thailand jadi pasar untuk MPV. Itu sudah spesifik," katanya.

Budi juga menilai spesifikasi tersebut tidak akan bergeser dalam waktu singkat, sehingga sulit membayangkan akan terjadinya tumpang tindih antar produksi negara-negara ASEAN.

Sementara itu, apabila menilik dari arus perpindahan tenaga kerja, Budi mengingatkan kembali bahwa semua punya kesempatan yang sama, dengan catatan berbekal kemampuan yang memang dibutuhkan industri.

"Jadi tidak perlu takut kalau ada warga negara lain bekerja di sini, sebab warga negara Indonesia juga bisa bekerja di negara lain sesuai dengan kemampuan yang dibutuhkan," pungkasnya.
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016