Jakarta (ANTARA News) - Wacana dari Kementerian Perindustrian untuk "menghilangkan" mobil-mobil tua dari jalan-jalan di Jakarta menimbulkan reaksi.

Volvo Club of Indonesia, komunitas pecinta mobil buatan Swedia, Volvo, meminta pemerintah memberi perhatian khusus tentang ini. 

"Pada dasarnya kami mendukung program perkotaan yang sehat, namun harus juga diperhatikan melestarikan kendaraan yang telah menjadi bagian sejarah bagi republik ini, karena juga penting," kata Ketua Umum Volco Club of Indonesia, Ahmad Rulantova yang biasa disapa Rully, di Jakarta, Jumat malam. 

Jumat malam, Menteri Perindustrian, MS Hidayat, meminta Gubernur DKI Jaya, Joko Widodo, untuk mempertimbangkan "menghilangkan" mobil-mobil tua dari ibukota guna mengurangi kepadatan lalu lintas.

Hidayat memberikan saran itu terkait antisipasi ledakan jumlah mobil murah ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC) di pasar dalam negeri. Direncanakan, mobil murah bersahabat lingkungan ini di kisaran Rp95 juta.

"Saya minta Gubernur DKI mempertimbangkan agar mobil-mobil usia tua lambat laun dihilangkan, misalnya dengan peraturan pajak," kata Hidayat, yang bekas ketua umum KADIN Pusat, yang dekat dengan kalangan industriawan dan investor, di Jakarta, Jumat.

19 Juli lalu, Hidayat menerima unjungan Senior Managing Officer Toyota Motor Corporation Jepang, Shigeru Hayakawa, membahas penerapan peraturan LCGC dan peningkatan ekspor ke Indonesia.

Menurut Rully, pemecahan atas kepentingan ini harus dicarikan sebaik mungkin. "Diperlukan kebijakan yang benar-benar baik dan adil. Karena itu misalnya, ada persyaratan yang harus dipenuhi menuju konsep ramah lingkungan itu. Dikomunikasikan saja," kata dia yang memimpin komunitas pecinta Volvo dengan sekitar 450 anggota dalam 10 cabang atau chapter se-Indonesia.

Dia mencontohkan insentif pajak pada aspek penyedia instrumen pencegah pencemaran udara, yang dipastikan diimpor itu. 

"Kami dari komunitas otomotif bukan cuma untuk hura-hura belaka. Tetapi juga menyukseskan program pemerintah, di antaranya disiplin berkendara, keselamatan mengemudi, program sosial, dan sebagainya selain hobi," kata dia.

"Kami juga menjaga citra bangsa sebagai bangsa yang bersosialisasi, ramah-tamah, menghargai sejarah, saling menghargai satu dengan lainnya," kata dia. 

Pendapat senada diutarakan salah satu pendiri Volvo Club of Indonesia, Bagus Wicaksono atau Bugie, "Dari komunitas otomotif seperti kami ini, juga menciptakan lapangan pekerjaan. Misallnya bengkel mesin, bengkel cat, toko suku cadang, pencucian mobil, dan ikutan yang lain."

Bugie berpendapat, keberadaan mobil Volvo di Indonesia ini penting dari aspek sejarah perjalanan bangsa ini. "Harap diingat juga, pemerintahan Indonesia pada masa lalu juga disumbang mobil ini karena para peletak kebijakan negara ini, saat itu, memakai kendaraan ini sebagai kendaraan resmi mereka," kata dia.

Volvo sempat menjadi mobil resmi pejabat pemerintahan Indonesia selama lebih dari 25 tahun berturutan. Dimulai dari seri 264 pada awal dasawarsa '70-an hingga S90 Executive pada akhir 1998. Volvo juga makin menancapkan kukunya di masyarakat Indonesia dengan menghadirkan berbagai model baru dengan teknologi ramah lingkungan terkini, memenuhi standar emisi Euro 5.
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013