Jakarta (ANTARA) - Volvo memindahkan proses produksi mobil listrik (electric vehicle/EV) buatan China ke Belgia sebagai antisipasi terhadap kebijakan Uni Eropa (UE) yang akan menindak tegas mobil impor yang mendapat subsidi dari pemerintah China.

Dilansir dari Market Screener pada Senin, produsen mobil yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Geely asal China sempat mempertimbangkan menghentikan penjualan mobil listrik buatan China ke Eropa apabila kebijakan tarif diberlakukan.

Akan tetapi, pada akhirnya Volvo memilih opsi lain, yakni memindahkan produksi mobil mereka terutama untuk model EX30 dan EX90 dari China ke Belgia.

Selain itu, produksi model Volvo tertentu yang dijual di Inggris juga dikabarkan akan dipindah ke Belgia.

Baca juga: Beijing desak Uni Eropa hentikan investigasi mobil listrik China

Baca juga: Presiden China, Prancis dan Komisi Eropa lakukan pertemuan trilateral


Diketahui, Komisi Eropa, yang mengawasi kebijakan perdagangan 27 negara anggota Uni Eropa, memulai investigasi pada tahun lalu untuk mencari tahu soal kebijakan pemberian subsidi tidak wajar dari pemerintah China bagi mobil listrik yang diproduksi di negara tersebut serta menetapkan tarif tambahan.

Investigasi anti-subsidi, yang diluncurkan pada 4 Oktober 2023, dapat berlangsung hingga 13 bulan. Komisi Uni Eropa bisa menetapkan bea anti-subsidi 9 bulan setelah investigasi dimulai.

Hubungan antara China dan Uni Eropa memanas sebab beberapa faktor, termasuk hubungan Beijing yang semakin dekat dengan Moskow setelah invasi Rusia ke Ukraina. Uni Eropa berusaha mengurangi ketergantungannya pada kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia itu, terutama untuk bahan dan produk yang dibutuhkan untuk transisi ramah lingkungan.

Baca juga: Beijing klaim produk otomotif China murah karena produksi efisien

Baca juga: Volvo akan lengkapi SUV EX90 dengan paspor baterai kendaraan listrik

Baca juga: Volvo perluas kantor pusat Asia-Pasifik di Shanghai

 
Pewarta:
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024