"Faktor negara sangat penting dalam memproduksi dan mengembagkan mobil hibrida. Itu yang kami rasakan di Toyota," kata Ogiso kepada puluhan wartawan dari lima negara Asia, termasuk Indonesia, di kantor pusat Toyota Motor di Toyota City, dekat Nagoya, Prefektur Aichi, Jepang.
Insentif yang diberikan negara dan pemerintah Jepang, menurut Ogiso, adalah imbal balik dari kontribusi mobil hibrida dalam dua hal kunci, yaitu menekan ketergantungan kepada energi fosil dan peningkatan kualitas lingkungan.
Menurut Ogiso, awalnya mobil hibrida mendapat pembebasan pajak sebagai 'kendaraan generasi mendatang' sampai sekitar tahun 2005.
"Jepang memiliki insentif untuk kendaraan-kendaraan ramah lingkungan yang memang memberi sumbangan untuk fenomena (peningkatan kualitas lingkungan) ini," kata dia.
Ogiso menyambung, setelah populer, mobil hibrida ini diperlakukan sebagai kendaraan hemat energi sehingga menerima pembebasan pajak seperti terhadap kendaraan-kendaraan biasa.
Dukungan negara seperti ini membuat Toyota sangat leluasa berinovasi dalam mengembangkan mobil hibrida sehingga kian diterima masyarakat dan pasar.
Faktanya, sejak raksasa otomotif dunia memperkenalkan Prius yang adalah generasi pertama mobil hibrida yang dikembangkannya pada 1997, penjualannya terus meningkat.
Sampai akhir Maret ini saja (tahun 2003), penjualan kumulatif secara global mobil hibrida buatan Toyota ini sudah mencapai 5 juta unit.
"Kami telah memasuki fase baru dalam sejarah mobil hibrida," kata Ogiso seraya menyebut performa ini sebagai bukti bahwa mobil hibrida benar-benar sudah populer.
Kebenar-benaran populernya mobil hibrida ini sendiri menjadi kunci bagi mengatasi ketergantungan kepada energi fosil yang adalah satu dari tiga faktor utama yang mendorong Toyota mengembangkan mobil hibrida, demikian Ogiso.(*)
Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013