Tangerang, Banten (ANTARA) - Instruktur Keselamatan Berkendara, Sony Harisno mengatakan hampir seluruh kecelakaan truk dan mobil besar lainnya disebabkan oleh kesalahan pengemudi.

Ia menyebut, apapun yang mendasari kecelakaan lalu lintas seperti jalan yang rusak, cuaca buruk, maupun kerusakan dan malafungsi pada kendaraan, pengemudi tetap memiliki tanggung jawab penuh.

“99 persen kecelakaan truk itu diakibatkan oleh pengemudi, kalau melihat jalanan yang rusak, cuaca buruk, mengapa malah menaikkan kecepatan dan ngebut? Apa lagi alasan kelelahan. Harusnya pengemudi meningkatkan kewaspadaan,” jelas Sony pada pelatihan pengemudi truk di gerai UD Trucks, GIIAS 2023, ICE BSD, Tangerang, Banten, Sabtu.

Baca juga: Pemkot Jakbar latih 1.300 warga jadi sopir dan satpam pada 2023

Begitu pula dengan alasan kecelakaan oleh rem yang blong, atau kerusakan lain pada kendaraan, Sony mengatakan bahwa orang pertama yang paling memahami kondisi kendaraannya ialah pengemudi itu sendiri.

Semestinya, lanjut Sony, pengemudi selalu memeriksa kondisi kendaraan secara menyeluruh sebelum keberangkatan. Bila menemukan adanya potensi kerusakan atau bahkan malafungsi, sebaiknya tidak memaksakan untuk tetap berangkat menggunakan unit kendaraan tersebut.

“Sekalipun kendaraannya rusak, pengemudi yang paling tahu kondisi mobilnya,” ujar Sony.

Oleh karena itu, Sony menganjurkan kepada perusahaan yang memiliki unit truk atau mobil besar lainnya untuk melakukan pelatihan keamanan berkendara bagi para sopir atau pengemudi perusahaan.

Baca juga: Polres Kulon Progo latih keselamatan mengemudi sopir ambulan PMI

Tak hanya bagi perusahaan, para pengemudi truk juga dianjurkan mengikuti pelatihan serupa dengan cara mandiri, apabila perusahaan tidak memfasilitasi. Hal ini demi keamanan dan keselamatan diri sendiri dan orang lain di perjalanan.

“Mengemudikan truk dan mobil besar lainnya itu sulit, perlu keterampilan yang lebih,” kata dia.

Hard skill maupun soft skill harus dimiliki seorang pengemudi, sekarang lembaga-lembaga pelatihan sudah banyak, ini bagian dari suatu pembekalan diri untuk meningkatkan kompetensi diri sendiri,” kata Sony menambahkan.

Berdasarkan data Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pada 2022, 90 persen penyebab kecelakaan adalah pengemudi. Temuan itu mengatakan bahwa pengemudi belum mengetahui cara kerja rem, sistem full hidrolic brake, air hidrolic brake dan full air brake. KNKT mengidentifikasi kurangnya kompetensi para pengemudi.

Baca juga: Jakarta Barat latih 100 sopir untuk kebutuhan dalam dan luar negeri

Pewarta:
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023