Jakarta (ANTARA News) - Satu dari tiga orang Jepang yang memiliki mobil listrik kapok membeli mobil listrik lantaran minimnya fasilitas pendukung, demikian laporan analisis kendaraan di negeri Matahari Terbit itu.

"Mobil listrik terlihat seperti perangkat teknologi yang umur mereka yang pendek. Umur ponsel sangat singkat, dan tampaknya mobil listrik mengalami nasib yang sama," kata Manajer Analisis Produk di AutoPacific Inc., Dave Sullivan.

Ia menimpali, "Mobil listrik layaknya pelanggan yang memiliki radio rekam, tatkala anak-anak yang keren sudah menggengam iPod."

Tentunya berita itu akan menjadi mimpi buruk kepada produsen mobil listrik, terutama jika kecenderungan itu berkembang di Amerika Serikat (AS), ketika permintaan mobil listrik lesu, seperti dikutip inautonews (www.inautonews.com).

Penelitian yang dilakukan McKinsey&Co mengungkapkan, satu dari tiga pembeli mobil listrik tidak memiliki masalah dengan harga mobil, penanganan yang bagus dan bantuan subsidi yang menarik.

Namun, lembaga penelitian itu juga mengemukakan, antusiasme mereka hilang ketika harus berurusan dengan minimnya jumlah pengisian stasiun daya  listrik dan melonjaknya tagihan listrik.
   
"Produsen mobil harus belajar bagaimana membangun loyalitas pelanggan untuk memperluas pasar mobil listrik,"demikian temuan dalam penelitian Axel Krieger, Philipp Radtke dan Yoshi Takanuki.

Pada 2012 penjualan mobil listrik di AS naik tiga kali lipat melebihi 50.000 unit, tapi masih meleset dari ekspektasi analis.

Apalagi, pemerintahan Obama berencana di negerinya ada sejuta mobil listrik pada 2015.
Penerjemah: Adam Rizallulhaq
Copyright © ANTARA 2013