"Pertengahan tahun ini keluar, tipe `city car`," katanya seusai jumpa pers mengenai pameran teknologi manufaktur di Jakarta, Senin.
Menurut Dasep, penjualan mobil listrik tahun ini hanya akan mencapai maksimal satu persen dari total penjualan mobil yang diprediksi sebesar 1,2 juta unit. Hal itu disebabkan oleh teknologi dan komponen mesin yang digunakan juga masih banyak menggunakan mesin perkakas impor.
"Mobil listrik paling tinggi hanya satu persen dari total penjualan mobil. Tapi yang penting bukan volume melainkan wujud bahwa orang Indonesia kini bisa membuat produk unggul yang bisa dijual," katanya.
Dasep juga tak gentar menanggapi persaingan dengan mobil listrik yang jauh lebih murah dari negara lain. Dia menganggap mobil produksinya adalah mobil dengan segmen mobil yang murah biaya operasionalnya.
"Mobil listrik murah itu bisa, tapi yang murah operasionalnya, hemat bahan bakar minyak (BBM), tanpa polusi tidak berarti harganya murah," ujarnya.
Ia juga mengaku ingin menjual mobil listrik berkualitas, bisa masuk pasar internasional, bisa dinikmati semua kalangan serta menjadi produk unggulan orang Indonesia.
Selain berencana meluncurkan mobil listrik kategori "city car" itu, engineer lulusan ITB itu juga mendesain mobil kategori mewah.
"Ada banyak jenisnya, ada tipe standar yang dibawah Rp200 juta juga ada yang `lux` (mewah), harganya di atas Rp200 juta," jelasnya.
(A062/Y008)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013
Copyright © ANTARA 2013