JAKARTA (ANTARA) - Pionir mobil listrik premium Tesla berencana memperluas penggunaan baterai berbasis besi yang lebih murah ke versi truk listrik Semi dan kendaraan listrik yang terjangkau, namun, belum akan dikembangkan secara global mengingat sejumlah kelemahan yang dimiliki.

Presiden Direktur Tesla, Elon Musk, telah memperjuangkan teknologi baterai lithium iron phosphate (LFP) yang didominasi oleh pemasok China. Bulan Maret lalu dia mengatakan, "sebagian besar pengangkatan berat untuk elektrifikasi akan menjadi sel berbasis besi", seperti disiarkan Reuters, Jumat.

Tetapi membuat pemasok China membangun pabrik baterai di Amerika Serikat merupakan tantangan karena ketegangan politik Amerika Serikat-China.

Baca juga: Tesla tarik truk Semi beberapa bulan setelah pengiriman

Produsen mobil listrik terbesar di dunia itu dalam makalahnya tentang "Master Plan Part 3" yang dirilis pada Rabu( 5/4)  mengatakan bahwa mereka akan menggunakan baterai LFP untuk truk listrik berat berjarak pendek yang disebutnya "Semi Light".

Desember lalu, Tesla mulai mengirimkan truk Semi listriknya dengan jarak tempuh lebih jauh, 500 mil per muatan dengan menggunakan baterai berbasis nikel. Sebelumnya perusahaan itu mengatakan akan meluncurkan versi jangkauan 300 mil.

Kendaraan listrik kecil yang diusulkan akan menggunakan baterai LFP berkapasitas 53 kilowatt-jam (kWh), dibandingkan 75 kWh untuk Model Y dan Model 3.

Tesla akan menggunakan baterai LFP di kendaraan kelas menengahnya, Model 3 dan Model Y, namun, saat ini sebagian besar kendaraan Model 3 dan Model Y yang dijual di Amerika Serikat masih menggunakan baterai berbasis nikel.

Baca juga: Peneliti sebut RCEP jadi peluang pasar kendaraan listrik Indonesia

Perusahaan otomotif yang berbasis di Palo Alto, California, AS itu akan memangkas biaya perakitan hingga setengahnya pada mobil generasi mendatang, yang akan dibangun di pabriknya di Meksiko dan di tempat lain.

Elon Musk dan pendukung LFP lainnya mempertimbangkan kelimpahan dan harga besi yang lebih murah sebagai faktor kunci dalam pengembangan sel LFP. Tapi, mengingat berbagai kelemahan yang dimiliki seperti ukurannya yang lebih besar dan lebih berat, dan umumnya menyimpan lebih sedikit energi daripada sel berbasis nikel, sehingga daya jangkau lebih pendek, mereka menahan rencana adopsi sel LFP secara global.

Padahal di sisi lain, sel LFP cenderung menimbulkan risiko kebakaran yang lebih kecil daripada sel berbasis nikel.

Tesla saat ini mendapatkan baterai LFP dari China's Contemporary Amperex Technology Co, yang tidak memiliki pabrik di Amerika Serikat. Pemasok Tesla Korea Selatan, LG Energy Solution, berencana membangun baterai LFP di pabrik Arizona.

Baca juga: Produksi dan pengiriman Tesla capai rekor baru pada kuartal 1 2023

Baca juga: Penjualan mobil elektrik global meningkat pada Januari 2023

Pewarta:
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023