Sinergi tersebut tertuang lewat penandatanganan nota kesepahaman pengembangan ekosistem kendaraan bermotor listrik berbasis baterai antara IBC, Gesits, Volta, dan Alva yang digelar di Jakarta, Selasa.
"Jadi yang kita lakukan adalah bagaimana kita melakukan standarisasi," ujar Direktur Utama IBC Toto Nugroho dalam sambutannya pada acara tersebut.
Toto menilai ekosistem kendaraan listrik roda dua akan sulit tumbuh apabila baterai, kabinet, hingga soket atau colokan di tiap-tiap sepeda motor listrik memiliki standar yang berbeda-beda.
Konsumen bisa mengalami kesulitan ketika ingin mengganti baterai apabila sistem ganti baterai (SGB) tiap-tiap sepeda motor listrik memiliki standarisasi yang tidak sama.
Baca juga: Toyota Motor akan investasi 5,3 miliar dolar untuk pasok baterai EV
Untuk itu, lanjut dia, diperlukan standarisasi baterai untuk sepeda motor listrik agar memberi kemudahan kepada konsumen, termasuk ketika ingin mengganti baterai (battery swap).
"Kalau semua colokannya beda ya sulit ya. Nah ini hal yang kita lakukan bersama, jadi ada standarisasi dari segi hardware-nya, tapi yang penting juga dari software-nya. Jadi yang nanti Mobile PLN bisa dipakai, MyPertamina masih dipakai, platform payment yang ada sekarang misalnya Linkaja atau Ovo bisa dipakai semua," ucap Toto.
"Nah inilah yang kita coba bagaimana kita melangkah untuk kecil dulu, tapi ini hal yang sangat-sangat strategis karena kita menginginkan platform baik hardware dan software itu terjadi standarisasi," sambung dia.
Sementara itu, Direktur Utama PT WIKA Industri Manufaktur (WIMA), selaku manufaktur sepeda motor listrik Gesits, Bernardi Djumiril mengatakan kolaborasi tersebut menunjukkan bahwa ketiga produsen kendaraan listrik telah kompak untuk membuat standarisasi baterai yang sama.
"Kita bertiga di sini kompak untuk memberikan standarisasi baterai dari pengguna masing-masing, baik itu dari dimensi, connection, lemari, yang kalau misalnya kita lihat di titik-titik point of sales, kalau lemarinya dengan menggunakan dimensi yang berbeda-beda atau bagaimana, itu kelihatannya enggak enak juga," kata Djumiril.
Hal senada disampaikan oleh Direktur Utama PT Energi Selalu Baru (Volta) Abraham Theofilus. Dia mengatakan dengan standarisasi baterai yang sama, konsumen akan lebih mudah saat ingin mengisi daya ataupun mengganti baterai sepeda motor listrik mereka.
"Nanti kalau semuanya masing-masing beda, kami punya sistem ganti baterai sendiri, Alva juga punya sendiri, kemudian dari Gesits juga punya sendiri. Ada baiknya kita sama-sama kolaborasi dengan mungkin satu standar yang sama, jadi konsumen juga tidak bingung," kata dia.
Baca juga: WIKON dan IBC sinergi dukung percepatan ekosistem kendaraan listrik RI
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo yang hadir dalam acara menyambut baik dan mendukung kolaborasi antara IBC dan tiga produsen sepeda motor listrik itu.
Menurut dia, dengan kolaborasi tersebut, nantinya baterai dari tiap-tiap produsen sepeda motor listrik bisa saling dipertukarkan. Dengan demikian stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) akan semakin banyak tersedia.
"Dengan adanya kerjasama ini, nanti baterai dari berbagai pabrikan ini bisa interchangeable. Jadi jumlahnya, ini dari Gesits sudah punya, dari Volta sudah punya, dari Alva sudah punya. Nanti ke depannya, baterainya dari IBC dengan interchangeable ini, maka jumlah SPBKLU yang satu dengan yang lain itu bisa di-interchange, maka jumlahnya semakin menjamur," ucap Darmawan.
Baca juga: Peneliti sebut RCEP jadi peluang pasar kendaraan listrik Indonesia
Baca juga: PEVS 2023 ruang untuk beli kendaraan listrik di tengah subsidi
Baca juga: AISMOLI dukung langkah pemerintah dorong ekosistem kendaraan listrik
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023