Jakarta (ANTARA News) - Suatu survey di Inggris belum lama ini mencoba menjawab pertanyaan "mengapa orang kadang berperilaku begitu buruk ketika berada dibalik kemudi."

Penelitian dilakukan Dr Peter Marsh, seorang psikolog terkenal, pengamat perilaku berkendara, dosen senior, pengarang dan pecinta mobil Alfa Romeo.

Di kota London, Marsh bersama kolumnis otomotif Telegraph, David Williams, mengamati lalu-lintas padat dengan kendaraan yang zigzag pindah jalur, main potong antrean dan sebentar-sebentar membunyikan klakson.

Survey yang dilakukan bersama satu perusahaan asuransi itu akhirnya menyimpulkan bahwa yang membuat orang jadi "galak" di balik kemudi bukanlah kemacetan, membubungnya harga BBM, tapi...pengemudi lain. Tepatnya, pengemudi lain yang tak peduli.

Daftar kebencian pada pengemudi lain dimulai dengan mereka yang "tak lagi memegang kendali dalam posisi yang tepat". Kita merasa bahwa orang lain yang tidak memegang stir dengan benar artinya tak sepenuhnya memegang kendali.

Daftar berikutnya yang memicu kebencian ternyata adalah para pengguna sepeda yang bebas menerobos lampu merah. "Pengemudi jadi benci karena mereka sendiri tak bisa melakukannya. Di mata mereka, pengguna sepeda bisa melanggar aturan dan tak kena sanksi," kata Marsh.

Menurut Marsh, cara meredam kemarahan adalah justru dengan yakin tetap patuh pada aturan. Pengemudi lain akan menghormati kita akan hal itu, misalnya dengan memberi acungan jempol jika kita memberi jalan.

"Hanya dengan beberapa tanda terima kasih, maka kita akan merasa lebih 'enak' mengemudi," kata Marsh. Dia salah satu penulis buku "Driving Passion – The Psychology of the Car".

"Ini soal wilayah," Ujar Dr Marsh."Ford mengiklankan mobil mereka pada tahun 40-an sebagai 'ruang tamu di dalam kendaraan'. Itulah yang menggambarkan dengan jelas tentang kendaraan kita; bagian dari perluasan wilayah. Kita tak akan suka jika orang masuk ke wilayah kita."

Dalam bukunya, Dr Marsh menjabarkan "wilayah mobil itu tak sebatas yang dibatasi oleh lapisan body metal. Sama seperti kita menganggap wilayah tubuh kita tak sebatas kulit. Secara normal, ada zona beberapa centimeter di sekitar tubuh yang kita anggap merupakan wilayah pribadi. Akan sangat menyebalkan ketika tamu asing yang tak diundang menjangkaunya."

Nah, perasaan atas "wilayah pribadi" ini tak sama luasnya di sekeliling tubuh. Kita merasa wilayah pribadi itu lebih luas lagi di bagian belakang tubuh. Itu pula jawaban atas pertanyaan mengapa pengemudi sangat sebal jika dikuntit. Ada 70 responden yang mengakui hal itu.

"Ketika pengendara lain berada sangat dekat di belakang bemper kita jadi gugup dan melakukan pertahanan," ujar Dr marsh. "Mereka masuk ke dalam wilayah kita yang sedang bergerak. Kalau keadaannya terus begitu, kemarahan kita akan meninggi."

Survey itu juga menemukan hal lain; orang gemuk cenderung menganggap kendaraan mereka dapat "masuk" ke celah sempit sedangkan orang kurus beranggapan sebaliknya.

Lebih lanjut Dr Marsh mengatakan bahwa orang cenderung tak memberi jalan ke pengemudi lain di jalanan yang padat karena "kita tahu tak akan bertemu lagi dengan dia."

Tips berkendara agar nyaman dari Dr Marsh justru bukan berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja, tak ada kemacetan dan tak ada yang menyerobot.

"Kalau mau senang berkendara, kita harus realistis. Berkendara adalah soal cara kita memperlakukan orang lain dan diri sendiri."
(Yud/A038/ART)
Oleh Yudha Pratama Jaya
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010