Jakarta (ANTARA News) - Cepat atau lambat mobil listrik akan mengubah industri otomotif. Sebut saja Pabrikan mobil merek Nissan yang telah menerima lebih dari 27 ribu pesanan di seluruh dunia atas seluruh produk mobil listriknya. Pesanan itu mulai dikirim masuk ke pasar AS dan Jepang pada bulan Desember kemudian disusul pengiriman ke beberapa negara Eropa.

General motor (GM) juga berniat untuk membuat mobil bertegangan 10 ribu volt berjenis hybrid elektrik. Tahun depan kendaraan roda empat itu akan mulai dijumpai di jalanan kota di AS seperti kota Austin, Texas. Sementara itu Tesla, pabrikan mobil sport listrik asal California, baru saja memperkenalkan model terbarunya, The Roadster, dan mereka belum lama ini membuka ruang pamer pertama di Tokyo, Jepang.

Pabrikan mobil antusias untuk menyenangkan pelanggan pertama mobil listrik mereka, jadi mereka turut membangun infrastruktur pengisian listrik guna menghalau kecemasan konsumen bahwa kendaraan jenis itu gampang kehabisan listrik dan mogok. Padahal, situasi ini bukanlah masalah besar karena mesin bensin di mobil akan otomatis menggantikan fungsi baterai jika habis.

Perusahaan yang terlibat dalam pengembangan kendaraan listrik menyadari bahwa sangatlah sulit untuk memastikan jika konsumen akan membeli mobil listrik mereka. "Banyak yang harus dipelajari sejauh ini," ujar presiden NRG, penyedia stasiun pengisian listrik di Wilayah houston.

Pemilik-pemilik awal mobil listrik boleh berharap mendapatkan banyak keuntungan. Paling penting adalah insentif pajak yang tinggi sehingga harga kendaraan mereka bisa lebih murah - seperti insentif 7.500 dolar di AS dan 5.000 euro di Inggris. Beberapa tempat lain bahkan menawarkan hak istimewa jalur parkir.

"Kendaraan listrik tak perlu banyak perbaikan karena mesinnya tak rumit. Mobil Tesla, sebagai contoh. tak memerlukan penggantian rutin oli, knalpot atau sistem pembuangan, busi, piston, atau onderdil lain yang berhubungan dengan mesin pembakaran internal," Ungkap Rachel Konrad, jurubicara dari Tesla Motor Europe.

Sebuah penelitian yang dilansir minggu lalu oleh J.D Power and Associates, kelompok peneliti pasar yang berbasis di California, memperkirakan penjualan kendaraan hybrid dan listrik akan mencapai 7.3 persen (71 juta) dari total kendaraan yang terjual di seluruh dunia di tahun 2020.

Konsumen akan mengabaikan jenis, kekuatan, konsumsi energi dan kecepatan pengisian energinya, termasuk banderol harga mobil listrik, ujar laporan itu. Nissan mengatakan bahwa pada 2020, 10 persen kendaraan yang terjual secara global berjenis elektrik.

Juru bicara Nissan mengingatkan bahwa perusahaan itu tetap akan membuat berbagai kendaraan konvensional sambil dengan gencar mengenalkan Leaf kepada pelanggan potensial. "Kendaraan listrik tak akan cocok untuk setiap orang," Ujar juru bicara tersebut.

Perluasan Industri
Di Jepang, Suzuki Motor yang bermarkas di wilayah Hammatsu, telah menemukan mitra yang akan membantu pembuat onderdil membangun teknologi percepatan baru pada mobil listrik.

Mitra-mitra Suzuki itu akan menyediakan kelompok peneliti yang akan membongkar mesin mobil elektrik buatan Suzuki agar onderdilnya bisa diteliti dan dibuat secara massal.

"Kita berada di tengah revolusi industri," tutur Osamu Suzuki (80) presiden Suzuki Motor pada sebuah perhelatan rapat umum kelompok tersebut.

"Supplier kami perlu memulai penelitian mengenai cara agar mereka mampu mengubah bisnis mereka."

Beberapa pakar di jepang memperingatkan bahwa Hamamatsu merupakan sebuah mikrokosmo dari industri otomotif Jepang, yang terdiri dari jaringan seperti Toyota dan Honda. Mereka didukung ribuan perusahaan yang membuat blok mesin, knalpot dan ratusan onderdil khusus lainnya menjadi tenaga bensin.

Berdasarkan sebuah penelitian yang dilansir bulan Agustus oleh lembaga penelitian ekonomi Shizuoka, hampir 30 persen dari penjualan di jepang senilai 34.6 Trilyun yen (atau setara 430 milyar) industri onderdil datang dari onderdil yang dianggap usang oleh teknologi mobil bertenaga listrik.

Di Shizuoka, Wilayah di sekitar Hamamatsu yang dikenal sebagai pusat teknologi mesin, jumlahnya meningkat jadi 48 persen, ujar lembaga itu.

"Jepang membanggakan diri dalam pengembangan mesin terbaik dan teknologi otomotif terbaik," Ungkap hishasi Naka Jima, managing director senior yang sekaligus pembuat laporan pada lembaga itu."jika kita tak melakukan sesuatu sekarang, Kekuatan jepang akan beralih menjadi kelemahannya."

Perluasan industri mobil yang beralih ke mobil listrik akan menghadapi pesaing dari luar Jepang maupun dari industri yang secara tradisional merupakan bagian dari industri otomotif.

China juga muncul sebagai sebagai garda depan dalam produk kendaraan listrik. anyak perusahaan kecil tergesa-gesa memproduksinya secara sederhana, atau disebut mobil listrik murah. Dan di lembah Silicon AS, Perusahaan pemula mobil listrik Tesla menjual baterai mewah yang khusus menghidupi mobil sport sejak tahun 2008.

Pembuat onderdil harus menyerahkan bagian penting dari mobil listrik, yaitu baterai kepada industri elektronik. Bahkan pembuat onderdil kelas atas bekerja bersama perusahaan elektronik untuk mengembangkan dan memproduksi baterai yang kompleks dan tangguh yang dibutuhkan untuk tenaga kendaraan listrik.

Toyota, sebagai contoh yang bekerja sama dengan Panasonic sementara itu General motor bekerja sama dengan sebuah unit yang ada di LG corporation korea selatan.

"Peta industri sedang disusun ulang," ujar Nakajima dari lembaga penelitian ekonomi Shizuoka. "Dalam kekacauan itu pemenang dapat menjadi pecundang, dan pecundang dapat menjadi pemenang."

sumber : New York Times
(yud/A038/ART)
Oleh Yudha Pratama Jaya
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010