Jakarta (ANTARA News) - Produsen mobil lokal membutuhkan dana minimal 50 juta dolar AS untuk memproduksi mobil murah, seperti yang diwacanakan pemerintah selama ini.

"Dana itu hanya untuk membeli robot perakit dan mesin pengelas, dan pengecatan, belum sampai pada tahap produksi massal," ujar Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Sudirman MR, di Jakarta, Jumat.

Sudirman yang juga menjabat wakil presiden direktur PT Astra Daihatsu Motor, produsen mobil Daihatsu dan Toyota menerangkan, besarnya investasi mobil murah membuat produsen memilih sikap menunggu kebijakan pemerintah.

Dia khawatir investasi akan menguap jika produsen terjun langsung tanpa ada kejelasan peraturan dari pemerintah. "Kalau peraturan `feasible,` baru kita bicara produksi massal. Apa yang dapat diberi oleh pemerintah kami belum tahu," tegas Sudirman.

Sudirman mengaku, definisi mobil murah dan ramah lingkungan ("low cost and green car") yang tengah digodok pemerintah belum jelas. Dia meminta pemerintah mengajak Gaikindo berdiskusi dalam merusmuskan peraturan mobil murah.

Terkait mobil konsep, F Concept, yang dipamerkan di IIMS 2010, Sudirman mengaku Daihatsu belum berencana memproduksi massal mobil tersebut. Dia juga menolak jika disebut F Concept merupakan prototype mobil murah yang dikembangkan Daihatsu.

Sudirman menilai, Daihatsu belum berencana memacu kapasitas pabrik untuk terlibat dalam mobil murah. Kalaupun ada rencana ekspansi, kata dia, hal itu dilakukan untuk merespons lonjakan permintaan di pasar.

Sejak Mei lalu, kata Sudirman, Daihatsu mulai meningkatkan kapasitas pabrik menuju 286 ribu unit dari sebelumnya 211 ribu unit. Dana yang ditanam untuk proyek ini sekitar Rp 286 miliar. Dengan kapasitas sebesar itu, Daihatsu merupakan produsen mobil terbesar di Indonesia.
(ANT258*R016/M012)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010