Jakarta (ANTARA News)- Ketua Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) yang juga mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup (LH), Rachmat Witoelar, menekankan pentingnya menggunakan kendaraan berteknologi hibrida untuk mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) dan mencegah perubahan iklim.

Ketika ditemui ANTARA News setelah menjadi pembicara dalam "The 5th Indonesia International Automotive Confrence" di Hotel Borubudur, Jakarta, Kamis, Rachmat Witoelar mengemukakan kendaraannya sebagai contoh.

"Saya 'aja' pakai mobil dengan teknologi hibrida," kata Witoelar merujuk pada sedan Toyota Prius yang menjadi andalannya. Menggunakan mobil berteknologi hibrida, menurut Witoelar, adalah salah satu cara untuk mengatasi masalah perubahan iklim global.

"Selain mendukung pengurangan emisi karbon dan mencegah perubahan iklim global, mobil hibrida juga sangat hemat bahan bakar," paparnya.

Pria kelahiran tahun 1941 itu pun kembali menjadikan tunggangannya sebagai contoh. "Bayangkan dari Jakarta sampai ke Bandung kami hanya menghabiskan enam liter bahan bakar," kata Witoelar.

Secara ekonomis mobil hibrida pun jauh lebih dari mobil konvensional. "Bayangkan mobil biasa bisa menghabiskan setengah juta rupiah sebulan hanya untuk bahan bakar, sedangkan mobil hibrida cuma seratus ribu," ujarnya.

Meski demikian, pria yang juga menjadi Ketua Delegasi Indonesia pada Konfrensi Perubahan Iklim di Kopenhagen itu mengakui harga mobil dengan teknologi ramah lingkungan itu masih jauh dari jangkauan masyarakat luas.

"Harganya memang mahal tetapi tidak begitu jauh dengan mobil-mobil lain yang banyak digunakan di Indonesia," sambung Witoelar.

Untuk menyiasati itu, ia menganjurkan kepada pemerintah untuk memberikan insentif kepada mobil-mobil berteknologi ramah lingkungan sehingga bisa dijangkau oleh masyarakat luas.

"Pemerintah bisa menggunakan 'Clean Development Mechanism' (CDM) untuk memperoleh dana insentif bagi mobil berteknologi hibrida," ujarnya.

CDM adalah mekanisme yang disepakati dalam Protokol Kyoto untuk membantu negara-negara berkembang yang berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon di negara mereka.

Witoelar berharap jika kendaraan hibrid semakin jamak digunakan masyarakat pemanasan global yang kemudian mendorong perubahan iklim yang drastis bisa ditekan.(*)
(Ber/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010