"Sehubungan dengan pengujian internal, kami menetapkan bahwa sekitar 1 juta kendaraan yang dilengkapi dengan mesin Tigershark 2,4L mungkin memiliki emisi berlebih," kata FCA dalam pernyataannya, dikutip dari USA Today, Minggu.
Tingkat polusi dari emisi Tigershark tidak jelas. FCA mengatakan telah melakukan kontak dengan Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) dan Dewan Sumber Daya Udara California (CARB) tentang situasi tersebut.
"FCA telah bekerja sama dengan EPA dan CARB, dan kami terus melakukannya, pada sekelompok kendaraan yang dilengkapi dengan mesin Tigershark. Beberapa kendaraan melebihi persyaratan emisi yang sedang digunakan, tergantung pada siklus berkendara dan jarak tempuh," kata juru bicara FCA, Eric Mayne.
Baca juga: COVID-19 tidak halangi rencana merger Fiat Chrysler - PSA
Baca juga: FCA jualan Jeep secara online
Baca juga: Fiat akan uji coba kendaraan hibrida otomatis ke elektrik di Turin
"Kami sedang melakukan program uji untuk menentukan pemulihan, yang juga memerlukan persetujuan dari perusahaan. Pelanggan yang terpengaruh akan diberi tahu saat layanan tersedia, dan akan diberikan secara gratis. Ini bukan masalah keamanan dan tidak ada tindakan penegakan hukum," ujar Mayne menambahkan.
Masalah Tigershark, menurut FCA, tidak terkait dengan masalah emisi diesel perusahaan.
Masalah emisi Tigershark direferensikan dalam pengajuan peraturan yang sama di AS, yang juga menyoroti keluhan konsumsi minyak (oil). Keluhan tersebut telah menyebabkan gugatan class action terhadap perusahaan di California dan Michigan terkait dengan mesin, yang telah dipasang di sekitar 1,6 juta kendaraan yang dijual di Amerika Serikat.
Baca juga: Fiat Chrysler dan Waymo bermitra untuk pengembangan mobil otonom
Baca juga: FCA akan tarik lebih 900.000 mobil karena masalah kantong udara
Baca juga: Ford Bronco ingin enyahkan Jeep sebagai penguasa "off-road"
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020