Syarat penting itu adalah bahwa konsumen memang mau dan suka menggunakan kendaraan ramah lingkungan dengan berbasis motor listrik itu.
Eksekutif Wapresdir Toyota Motor Corp (TMC) Didier Leroy disela ajang Tokyo Motor Show (TMC) di Jepang, Rabu, mengatakan konsumen adalah poin kunci untuk pengembangan sebuah kendaraan.
"Apa yang konsumen butuhkan dan apa harapan mereka (terhadap kendaraan)," ujarnya pada wawancara khusus dengan jurnalis dari delapan negara Asia Pasifik, termasuk dari Indonesia.
Menurut Leroy yang berhasil memperkenalkan dan menarik konsumen untuk membeli dan menggunakan mobil hibrid Toyota di Eropa, masyarakat harus tahu dulu manfaat dari "mobil listrik" tersebut.
Ia mengklaim Toyota merupakan pionir untuk mobil listrik, meskipun belum sepenuhnya menggunakan tenaga listrik.
Toyota dengan teknologi hibridnya menggunakan dua tenaga penggerak pada mesinnya yaitu berbasis bensin dan listrik, sehingga mampu menghemat penggunaan bahan bakar, sekaligus mengurangi dampak negatif emisi gas buang.
"Ketika konsumen mengerti apa manfaatnya, kemudian tidak perlu mengisi baterai karena mobil mengisi sendiri, serta tidak butuh infrastruktur khusus, dan senyap pada saat mobil digunakan di kota, maka mereka berganti ke mobil hibrid," kata mantan Presdir Toyota Eropa itu.
Dampaknya kini mobil hibrid Toyota menguasai sekitar 40 persen pasar di kawasan tersebut, meskipun menurut Leroy, pada awalnya para pesaing dan media menilai tidak ada masa depan mobil hibrid di Eropa.
"Kami memulai dengan sesuatu yang mustahil," ujar Leroy yang pernah menjadi CEO Toyota Motor Europe.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Senada dengan Leroy, Presdir PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono mengatakan ada empat pilar penting yang harus seiring sejalan dalam pengembangan mobil listrik di Tanah Air.
Pertama, menciptakan konsumen yang suka mobil listrik. Kedua membangun rantai pemasok komponennya, kemudian ketiga dealer yang bagus agar bisa menjamin kehandalan kendaraan, serta peraturan pemerintah.
"Sejauh ini Pemerintah belum mengumumkan peraturan terkait mobil listrik, itu harus segera," kata Warih ketika ditemui disela TMS 2017.
Pemerintah melalui Menteri Perindustrian Erlangga Hartarto menargetkan pada 2025 sebanyak 20 persen dari produksi kendaraan roda empat di negeri ini harus menggunakan tenaga listrik.
Untuk mendukung target itu akan dibangun 1.000 unit stasiun pengisian listrik umum (SPLU).
Sayangnya peta jalan berupa aturan resmi terkait pengembangan mobil listrik belum ada, sehingga produsen global yang sudah memiliki fasilitas perakitan di Indonesia masih gamang untuk bereaksi terhadap target pemerintah itu.
Terlepas dari pentingnya pemerintah mengeluarkan peraturan, menurut Warih, para pemain otomotif juga perlu mengedukasi konsumen terkait mobil listrik, tidak hanya agar konsumen suka tapi juga penting untuk keberhasilan industri mobil listrik itu sendiri.
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017