Berlin (ANTARA) - Direktur Pusat Penelitian Otomotif (Center for Automotive Research/CAR) di Bochum, Ferdinand Dudenhoeffer, mengecam Uni Eropa (UE) yang memberlakukan tarif tambahan untuk impor kendaraan listrik (electric vehicle/EV) China.

Komisi Eropa pada awal bulan ini memperkenalkan tarif tambahan sementara hingga 37,6 persen untuk produsen mobil listrik China. Dalam sebuah wawancara belum lama ini dengan Xinhua, pakar Jerman itu mengatakan bahwa tarif tersebut "tidak didasarkan pada fakta-fakta yang telah terbukti," melainkan pada pernyataan untuk membenarkannya.

Selain itu juga ada kurangnya transparansi, imbuhnya.

"Para politisi di Eropa membuat mobil listrik terlihat buruk dan memberlakukan tarif yang aneh," kata Dudenhoeffer seraya menyoroti bahwa Komisi Eropa secara tidak wajar membuat mobil listrik menjadi lebih mahal dan menghambat pertumbuhan pasar.
 
  Seorang pria memperhatikan mobil listrik MG di Swedish eCarExpo 2024 di Stockholm, Swedia, pada 2 Februari 2024. (Xinhua/Patrick Ekstrand) 

Dudenhoeffer mencatat bahwa industri mobil Jerman saat ini berada dalam situasi yang sulit, menghadapi masalah struktural, dan perlu meningkatkan stabilitasnya di pasar China.

Raksasa-raksasa otomotif utama di Jerman pada pekan lalu merilis penjualan mobil mereka untuk kuartal kedua 2024, dan seluruhnya menunjukkan penurunan.

Volkswagen melaporkan penurunan 3,8 persen secara tahunan (year on year/yoy) dalam pengiriman kendaraan global, sementara BMW dan Mercedes-Benz masing-masing mencatatkan penurunan 1,3 persen dan 4 persen dalam penjualan mobil.

Menurut Komisi Eropa, keputusan akhir akan diambil mengenai bea masuk definitif dalam beberapa bulan mendatang. Dudenhoeffer menekankan perlunya dialog dan kesepakatan untuk menyelesaikan masalah ini.
 
Pewarta:
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024