Pasalnya menurut Direktur Pemasaran Kendaraan Niaga Ringan IAMI, Joen Boediputra, sentuhan pembaruan terhadap mobil-mobil MPV di seluruh merek memiliki kecenderungan menaikkan harga hingga hampir setara SUV.
"Perubahan yang dilakukan merek-merek pesaing itu cenderung membuat membuat MPV harganya hampir setara dengan SUV," kata Joen di sela-sela temu media update performa Isuzu Kuartal III 2016 di Jakarta, Kamis.
Sedangkan Panther, yang pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada 1991 silam, identik sebagai MPV bermesin diesel yang memiliki ketangguhan, mobilitas tinggi, mudah dan murah.
"Itu karakter yang dikenal pelanggan kami. Itu juga yang menjadi perhatian kami, khawatir jika kami terlalu mengotak atik justru nilai keunggulan itu hilang dan jatuhnya naik," kata Joen.
Di sisi lain, penggunaan mesin diesel yang menjadi salah satu karakter khas Isuzu Phanter juga memberikan masalah lain, sebab inovasinya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Lebih lanjut, Joen menuturkan pihaknya kesulitan mempertimbangkan jika Phanter naik harga dan mengikuti tren MPV yang banderolnya mendekati SUV, akan terjadi kekosongan di segmen MPV.
"Masalahnya susah juga untuk mengisi kekosongan segmen itu, karena mesin diesel sulit mengembangkan mobil murah," ujarnya menambahkan.
Sebagai informasi, Panther hingga Kuartal III 2016 baru membukukan penjualan sebanyak 980 unit, seturut data penjualan wholesales Januari-September 2016 dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
Hal itu membuat pangsa pasar Phanter di segmen Medium MPV sepanjang Januari-September 2016 hanya meraup 1,7 persen saja atau turun dari 3,1 persen sepanjang 2015 lalu.
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016