"Parlemen Eropa harus tetap kuat dan menolak tuntutan Jerman, yang hanya akan membahayakan iklim, menambah biaya konsumen dan menghambat inovasi teknologi," kata pihak Greenpeace dilansir dari AFP.
Kanselir Jerman, Angela Merkel beralasan pihaknya perlunya melindungi lapangan kerja sehingga negaranya menentang peraturan Uni Eropa yang meningkatkan batas karbon untuk mengurangi pemanasan global akibat konsumsi bahan bakar untuk mobil.
Para menteri lingkungan Uni Eropa di Luksemburg, Senin menunda keputusan memperketat batas rata-rata CO2 menjadi 95 gram per kilometer pada tahun 2020.
Jerman ingin batas tersebut dimundurkan hingga 2024 dan mengusulkan peraturan itu hanya berlaku bagi 80 persen kendaraannya pada tahun 2020.
Merek mewah Jerman seperti Daimler dan BMW selama ini cenderung membuat mobil yang berukuran lebih besar dari produsen Eropa lainnya. Mereka berpendapat pembatasan emisi tersebut tidak adil.
Langkah pemerintah Jerman itu juga mengundang kritik masyarakat.
"Daimler dan rekan-rekannya dapat bernapas lega lagi," tulis surat pembaca harian Jerman Neue Presse dari Hanover.
"Pelobi mobil terbesar di Jerman kini sedang duduk bersama pengendali kekuasaan" .
Ferdinand Dudenhoeffer, ahli industri dari Duisburg, Universitas Essen mengatakan, penundaan itu justru akan merugikan investasi otomotif di bidang desain mobil listrik dan jenis hibrida yang justru lebih ramah lingkungan.
Penerjemah:
Copyright © ANTARA 2013
Copyright © ANTARA 2013