Alasan klasik adalah irit BBM, harga suku cadang murah dan mudah didapatkan, hal berbeda yang dianggap terjadi pada mobil-mobil Eropa atau Amerika Serikat.
Oki, pedagang mobil bekas di Kota Cirebon, Sabtu, mengatakan, mobil bekas Jepang di pantura Cirebon masih tetap diminati konsumen, juga karena kualitas mesinnya bisa diandalkan meski usia sudah tua.
"Kijang 'doyok' tahun 1981 jenis kotak masih banyak peminat. Biar tua tapi mesinnya tangguh, dibawa keluar kota juga oke dan onderdilnya banyak - murah lagi," katanya.
Mobil-mobil bekas Jepang, katanya, lebih dilirik konsumen. "Apalagi Lebaran, banyak yang cari. Misalnya Suzuki Carry 1990 atau Suzuki Katana 1990," katanya.
Dia sudah lama berdagang mobil bekas. Menurut dia, yang juga banyak dicari konsumen itu Suzuki Baleno 1997, Toyota Kijang 1990, atau Isuzu Panter 1992.
Sebelum membeli mobil bekas, katanya, konsumen terlebih dulu melihat merek, tahun pembuatan, kondisi penampilan, kondisi mesin, dan kelengkapan aksesorisnya.
"Kijang Super 1990 pasarannya di bawah Rp50 juta, Suzuki Carry 1990 juga cuma kurang dari Rp23 juta. Mobil Eropa seperti BMW juga murah-murah, tapi dianggap boros dan onderdilnya mahal, susah didapat lagi. Kalau mau beli, musti ke Bandung atau pesan di Jakarta," katanya.
Berdasarkan pengalamannya, mobil-mobil Eropa itu unggul dalam hal kenyamanan ketimbang mobil-mobil Jepang. "Tapi boros karena mesinnya besar-besar. Ada juga yang cari, tapi jaranglah. Untuk berlebaran, orang masih lebih pilih mobil Jepang apalagi yang muatnya banyak," katanya. (*)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011
Copyright © ANTARA 2011