Gempa terbesar yang mengguncang Jepang dan tsunami mengganggu rangkaian pasokan dan melumpuhkan instalasi bertenaga listrik, termasuk pembangkit listrik tenaga nuklir yang menjadi inti kondisi darurat atom yang kini berlangsung.
Kekurangan listrik telah melanda sektor produksi di seluruh industri di Jepang. Krisis itu juga mengancam bisa memilin ekonomi yang dikendalikan eksport, kata banyak pengulas.
Bagi pembuat mobil di seluruh dunia, dampaknya terasa berat. Perusahaan mulai dari Toyota sampai Ford dipaksa menutup pabrik hingga ke Inggris, Amerika Serikat, Turki, Prancis, Australia, Polandia dan Filipina di tengah gangguan pasokan.
"Masalahnya akan berlangsung selama beberapa bulan dan bahkan dapat berlangsung sampai setahun," kata Tatsuya Mizuno, pengulas industri otomotif di Mizuno Credit Advisory di Tokyo.
Banyak pembuat komponen utama berpusat di wilayah yang paling parah dilanda bencana di Jepang, instalasi mereka rusak oleh gempa dengan kekuatan 9,0 pada skala Richter atau gelombang raksasa yang menenggelamkannya setelah gempa.
Perusahaan seperti Toyota dan Nissan terpaksa menghentikan jalur perakitan. Honda telah mengumumkan dimulainya kembali produksinya di Jepang tapi hanya separuh kapasitas dalam upaya menghindari habisnya suku-cadang penting.
Rata-rata satu mobil berisi 20.000 komponen berbeda. Satu saja komponen tak tersedia, semua produksi terhenti.
"Kami menghadapi masalah sumber listrik, suku-cadang karet dan plastik," kata jurubicara Toyota Motor Paul Nolasco. Produksi yang terganggu sejak 11 Maret telah membuat perusahaan itu menderita kerugian sedikit-dikitnya 260.000 unit.
(C003)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011
Copyright © ANTARA 2011