Jakarta (ANTARA) - BMW menaikkan proyeksi laba mereka pada tahun 2021, di tengah kurangnya pasokan chip semikonduktor dan kenaikan harga bahan baku.

BMW optimistis bisa menaikkan laba perusahaan berkat permintaan konsumen yang kuat, mengacu pada hasil semester pertama tahun ini.
 
"Kinerja kami telah diuntungkan dari permintaan pelanggan yang kuat selama paruh pertama tahun ini. Sehingga hal ini memungkinkan kami untuk mencapai pertumbuhan yang signifikan," kata Chief Executive Oliver Zipse dikutip dari Auto News, Selasa.

"Namun, mengingat sejumlah risiko yang berlaku, termasuk harga bahan baku dan kekurangan semikonduktor, periode enam bulan kedua kemungkinan akan lebih fluktuatif untuk BMW Grup," kata dia.

"Kami memperkirakan pembatasan produksi akan berlanjut pada paruh kedua tahun ini dan karenanya berdampak pada volume penjualan," tambah dia.

BMW sejauh ini relatif tidak terlalu terpengaruh terhadap krisis chip global seperti yang dialami industri otomotif lainnya. BMW membukukan laba yang lebih baik dari perkiraan sebelumnya untuk kuartal kedua. 

BMW mengungkapkan, kisaran pendapatan mereka naik dari 6 persen hingga 8 persen menjadi 7 persen hingga 9 persen.

Kendati demikian, pada tahun 2020, produsen mobil mewah asal Jerman ini sempat dihantam kerugian akibat pandemi COVID-19. BMW mengalami kerugian 2,2 miliar euro (Rp37,4 miliar) di tahun 2020. Namun kini, BMW membukukan laba bersihnya mencapai 4,8 miliar euro (Rp81,7 miliar).

Baca juga: BMW i4 M50 resmi jadi "safety car full electric" ajang balap MotoE

Baca juga: BMW Seri 8 meluncur di Australia hanya 9 unit

Baca juga: BMW Indonesia catat peningkatan penjualan, tertinggi di April-Mei

Pewarta:
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021