"Saya hanya mengkhawatirkan semua orang, sungguh," ujar Reuss, dikutip dari Reuters, Minggu. "Saya khawatir tentang itu setiap siang dan malam."
"Saya sangat khawatir tentang itu karena itu semakin cepat dan tidak bisa dikendalikan," dia melanjutkan.
Pandemi COVID-19 memaksa produsen mobil asal Amerika Serikat itu menutup pabrik mereka selama hampir dua bulan di musim semi untuk memperlambat penyebaran kasus.
General Motors bersama serikat pekerja United Auto Workers memberhentikan praktik kerja yang sebagian besar telah mencegah pandemi dengan memperlambat produksi sejak saat itu.
"Saya pikir industri secara umum dan General Motors telah melakukan pekerjaan dengan baik di pabrik kami. Tapi saya benar-benar khawatir tentang orang-orang, kematian, penderitaan dan pengangguran yang terkait dengan pandemi ini," kata Reuss.
Reuss mengapresiasi basis pemasok pembuat mobil itu atas ketekunan mereka dalam menjaga standar baru yang ditetapkan selama pandemi agar tidak memengaruhi produksi.
"Tapi saya khawatir di tempat-tempat yang sangat berbeda dengan Amerika Serikat, Kanada atau Meksiko, bahwa pelonggaran beberapa (praktik) ini akan merusak rantai pasokan dan membuat kami tidak dapat menjalankan pabrik kami," ujar Reuss.
"Saya tahu semua orang melakukan yang terbaik yang mereka bisa, tetapi kami harus mempertahankannya," dia menambahkan.
Baca juga: GM-Nikola belum sepakat soal kerja sama pickup listrik
Baca juga: Lyriq mobil listrik pertama Cadillac, bukan sedan tapi crossover mewah
Baca juga: Pulih dari corona, penjualan mobil di China tumbuh
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020