Jakarta (ANTARA) - Pengenaan kenaikan biaya administasi bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) dikeluhkan sejumlah calon pembeli.

Alasannya karena menambah beban pengeluaran sehingga harus mengkalkulasi ulang biaya akan dikeluarkan untuk membeli kendaraan.

"Kita bisa hitung, misal kita membeli mobil baru seharga Rp200 Juta, maka biaya BBNKB-nya besarnya 10 persen dari harga jual kendaraan, berarti Rp20 juta yang harus kita keluarkan," ujar salah seorang pembeli, Alan (35) di salah satu diler mobil terkemuka di Jakarta, Minggu.

Kabarnya, lanjut dia, akan ada kenaikan BBNKB menjadi 12,5 persen, maka uang yang dikeluarkan pembeliobil pertama akan menjadi lebih besar.

Ia mengharapkan setiap kebijakan yang dikeluarkan, terutama mengenai pajak hasilnya dapat lebih dirasa manfaatnya bagi masyarakat.

"Kalau keberatan sih ada, tapi mau bagaimana lagi, toh itu juga bakal digunakan untuk kepentingan umum, semoga dampaknya lebih terasa," ucapnya.

Sementara itu calon pembeli lainnya, Didik Tri mengaku sedang mempertimbangkan untuk membeli mobil dalam mendukung usahanya.

"Sebenarnya saya sedang menimbang untung-rugi membeli mobil baru atau bekas. Saya butuh mobil untuk usaha saya dan juga untuk keperluan keluarga," ucapnya.

Ia mengaku akan berpikir ulang untuk membeli mobil baru jika beban biayanya yang harus dikeluarkan tidak sesuai dengan perkiraannya.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyampaikan tiga Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) kepada DPRD DKI Jakarta dalam Rapat Paripurna di Gedung DPRD, Jakarta Pusat, Senin.

Salah satu Raperda itu adalah mengenai Perubahan atas Perda Nomor 9 Tahun 2010 tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). 


 

Pewarta:
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019