Dana tersebut bertujuan untuk mengumpulkan hingga 500 juta dolar AS dan akan berinvestasi dalam deposito logam seperti kobalt, tembaga dan lithium, sebagian besar di Afrika dan Asia, katanya kepada surat kabar itu.
"Perusahaan-perusahaan China belum tentu tertarik dengan eksplorasi yang sangat hulu," kata Prince. "Mereka ingin membeli sesuatu dalam produksi, yang meninggalkan celah itu untuk kita."
Dia berharap bahwa logam yang digunakan dalam aki mobil akan semakin meningkat permintaannya di tahun-tahun mendatang karena industri otomotif global meningkatkan produksi mobil listrik.
Prince menjual Blackwater pada 2010. Sejak itu ia menjalankan bisnis keamanan dan logistik bernama Frontier Services Group dan melakukan investasi dalam sumber daya alam, demikian dilansir Reuters Rabu.
Baca juga: SK Korea Selatan tingkatkan produksi 10 kali lipat pada 2022
Baca juga: Tesla hingga GS Yuasa, belasan pabrik berlomba produksi baterai EV di Eropa
Baca juga: Perusahaan Korea Selatan ikut berinvestasi baterai mobil listrik di China
Baca juga: BMW tekan biaya pembuatan baterai mobil listrik
Penerjemah: Monalisa
Copyright © ANTARA 2019
Copyright © ANTARA 2019