Jakarta (ANTARA News) - Peraturan perluasan kawasan ganjil genap di Jakarta yang diterapkan pasca penyelenggaraan Asian Games 2018, serta penguatan dolar AS terhadap rupiah yang terjadi beberapa waktu lalu, tidak memberi dampak signifikan terhadap penjualan mobil bekas di Indonesia.

Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden Direktur mobil88, Halomoan Fischer Lumbantoruan, dalam sebuah diskusi bersama media di Jakarta, Selasa.

"Kalaupun ada dampaknya, itu tidak signifikan bagi kami," ujar dia.

Fischer mengatakan bahwa kedua hal itu sejatinya bisa memberi dampak positif terhadap penjualan mobil bekas di tahun 2018. Namun fakta di lapangan tidak berkata demikian.

Soal aturan perluasan kawasan ganjil genap misalnya, dia mengatakan bahwa saat itu banyak orang menduga mobil bekas akan diburu oleh masyarakat yang menginginkan mobil dengan pelat nomor berbeda. Tapi ternyata hal itu tidak sepenuhnya terjadi.

Menurutnya banyak calon konsumen yang mengurungkan niat untuk membeli mobil lantaran masih terlilit cicilan untuk mobil pertama, sehingga mereka kesulitan mengajukan pembelian untuk mobil kedua.

"Di industri mobil bekas itu 60 persen penjualannya dilakukan secara kredit. Nah biasanya mereka meremajakan kendaraan itu pada saat umur kreditnya habis, atau setelah tiga tahun kredit selesai baru dia tukar mobilnya," ucap Fischer.

"Yang jadi masalah itu mungkin minat (membeli) ada, misal dia punya (mobil) nomor ganjil, mungkin minatnya mau mobil pelat genap, tapi apa daya kalau dia saja masih nyicil. Biasanya leasing akan keberatan, approval-nya pasti akan susah," tambahnya.

Kalaupun ada konsumen yang membeli mobil bekas karena adanya peraturan perluasan ganjil genap, jumlahnya relatif sedikit. "Biasanya yang nambah mobil itu yang beli mobil kelas atas, wong sugih, dan pembeliannya secara tunai," kata dia seraya menambahkan bahwa hal itu tidak berdampak signifikan terhadap peningkatan penjualan mobil bekas secara keselutuhan.

Hal yang tidak jauh berbeda juga terjadi pada saat momen penguatan dolar AS terhadap rupiah beberapa waktu lalu. 

Fischer mengatakan sepanjang pengalamannya berkecimpung di industri mobil bekas selama 20 tahun, penguatan dolar terhadap rupiah biasanya berdampak positif untuk industri penjualan mobil bekas.

Hal itu dikarenakan harga mobil baru yang biasanya ikut meroket mengikuti penguatan dolar, sehingga masyarakat cenderung memilih untuk membeli mobil bekas yang harga jualnya relatif tidak terpengaruh oleh situasi semacam itu.

"Tapi di tahun ini hal itu tidak terjadi. Dolarnya naik tapi harga mobil barunya, ada beberapa tipe yang saya tahu naik, tapi kebanyakan tidak naik (harga mobil baru). Malah ada yang dolar naik tapi beri diskon," kata dia.

"Jadi kalau ditanya apa pengaruhnya dolar naik dengan penjualan mobil bekas tahun ini? Jawaban saya sama seperti tadi yang mengenai aturan ganjil genap, tidak terasa pengaruhnya buat kami di mobil88," tutupnya.

Baca juga: Mobil bekas tipe MPV paling diminati pada 2018

Baca juga: Penjualan mobil bekas diprediksi naik 15 persen jelang Lebaran

 
Pewarta:
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018