Tokyo (ANTARA News) - Jangan coba-coba naik taksi di Jepang, kalau tidak siap dengan tarifnya, yang jauh lebih mahal dibandingkan Indonesia.
Hal itu diakui pemandu wisata lokal Ping Tjuan Suharna, yang mendampingi 20 jurnalis Indonesia meliput kegiatan Tokyo Motor Show (TMS) 2017 - yang berlangsung mulai 25 Oktober sampai 5 November -atas undangan PT Toyota Astra Motor.
"Jepang merupakan salah satu negara yang tarif taksinya tinggi, selain di Inggris dan Perancis," kata Ping yang sudah pengalaman memandu wisata turis Indonesia ke mancanegara.
Pengalaman ANTARA News naik taksi dari Pasifico (Yokohama) menuju arena TMS 2017 di Tokyo Big Sight, Jepang, Jumat, membuktikan pernyataan pemandu wisata dari Golden Rama itu.
Dengan jarak 40 km, tarif taksi menembus 13 ribu Yen atau sekitar Rp1,5 juta dengan asumsi nilai tukar Rp120/Yen.
Argometer menunjukkan angka 12.700 yen, beberapa saat sebelum tiba di tujuan. (ANTARA News/Risbiani Fardaniah)
Pada saat buka pintu taksi jenis Toyota Alphard, tarif awalnya dimulai dengan angka 790 Yen atau sebesar Rp94.800.
Harga itu tentu saja jauh lebih tinggi dibandingkan tarif taksi di Indonesia dengan kendaraan sejenis.
Tarif taksi dengan kendaraan jenis lain, tidak jauh beda. Ketika ANTARA News kembali menggunakan taksi dari Tokyo Big Sight menuju Hotel Keio Plaza di daerah Shinjuku yang berjarak sekitar 20 km, ongkos taksi mencapai angka 6.800 Yen atau setara Rp816 ribu.
Padahal saat itu, taksi yang digunakan adalah sedan Toyota Crown, dengan tarif awal 430 Yen atau Rp51.600.
Menurut Ping, tarif taksi di Jepang sama dengan di Indonesia, yaitu dikontrol pemerintah dengan menggunakan batasan tarif tertentu.
Kendati mahal, sebagian besar eksekutif di kota-kota besar Jepang lebih suka menggunakan taksi dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi.
Selain tarif parkir yang tinggi, kata Ping, para pekerja kelas atas di Tokyo juga enggan menghadapi kesulitan menemukan tempat parkir.
"Karena itu 25 persen jalan-jalan di Jepang, termasuk Tokyo, dipenuhi taksi," kata pria yang fasih berbahasa Jepang itu.
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017